Akal dan hati abad pada pertengahan
Plotinus
(204-270)
Teori penciptaanya yang berupa
emanasi itu berpengaruh juga pada filsafat islam, ia juga mengemukakan
pemikiran tentang etika, yang kelihatannya masih relevan dipertimbangkan pada
jaman sekarang. Dalam berbagai hal ia memang berstandar pada doktrin-doktrin
plato. Sistem metafisika plotinus ditandai oleh konsep transendens, menurut
pendapatnya didalam pikiran terdapat realitas: the one, the mind, the soul.
The one (yang esa) adalah tuhan. The
nous dapat disebut juga sebagai the mind adalah gambaran tentang yang esa dan
didalamnya mengandung idea-idea plato. The soul adalah realitas ketiga, sebagai
arsitek semua fenomenayang ada di alam ini, soul itu mengandung satu
jiwa dunia dan banyak dunia kecil
Tentang ilmu, idea keilmuan pada
plotus tidak begitu maju; ia menganggap sains lebih rendah dari pada metafisika
dan metafisika lebih rendah daripada keimanan. Tujuan filsafat plotinus ialah
tercapainya kebersatuan dengan tuhan.
Augustinus
(354-430)
Ia telah meletakan dasar-dasar bagi
pemikiran abad pertengahan mengadaptasikan platonisme tentang filsafat kristen.
Ia telah memberikan formulasi yang sistematis tentang filsafat kristen, suatu
filsafat yang dominan pada katholik dan protestan. Perubahan keyakinan pada
dirinya menghasilkan perubahan yang menyeluruh dalam pandangan intelektualnya.
Alih-alih akal dan pemikian kritis diambilnya keimanan, alih-alih manusia dan
kemampuannya diambilnya kedaulatan tuhan. Intelektualisme tidak penting dalam
sistemnya; yang penting ialah cinta kepada tuhan.
Ajaran Augustinus dapat dikatakan
berpusat pada dua pool: tuhan dan manusia. Augustinus menolak teori
kemungkinan, menurutnya filsafat
terbentang pada pengetahuan tentang diri sendiri
Anselmus
(1033-1109)
Dialah yang mengeluarkan pernyataan credon
ut intelligam yang dapat dianggap merupakan ciri utama filsafat abad
pertengahan. Sekalipun pada umumnya filosof abad pertengahan berpendapat
seperti itu mengenai hubungan akal dan iman, ia yang diketahui mengeluarkan
pernyataan itu. Dalam filsafatnya kelihatan iman merupakan tema sentral
pemikirannya. Iman kepada kristus adalah yang paling penting sebelum yang lain.
Ia mendahulukan iman dari pada akal.
Mengenai sifat tuhan, ia menyebutkan
tuhan bersifat esa, kekal, baik, dan sempurna. Tuhan tidak berada di dalam
ruang dan waktu, tetapi segala sesuatu berada di dalam tuhan. Teori
pengetahuannya menyatakan bahwa pengetahuan dimulai dari penginderaan, lalu
terbentuklah pengetahuan akilah, terakhir adalah menangkap kebesaran tuhan
melalui jalur mistik kebaikan tertinggi bagi manusia ialah perenungan tentang
kebesaran tuhan. Selanjutnya ia mengatakan bahwa kita selalu dalam kurungan
selama kita masih terikat pada keinginan-keinginan jasmani. Kata-kata paling pentingnya adalah ungkapan, credo
ut intelegent.
Thoman
Aquinas (1225-1274)
Hanya ada kekuatan yang menggerakan
gemuruhnya dunia; agama dan filsafat. Melalui gurunya Albertus Magnus, ia
belajar tentang alam dan tentang filsafatnya lebih epiris daripada pandangan
orang-orang yang diikutinya, ia menganggap penjelasan naturalis lebih tinggi
dari pada atau setingkat dengan penjelasan metafisika. Dalam hal kosmologi ia
masih menganut hipotesis geosentris.
Pandangannya tentang pengetahuan
dipengaruhi oleh keyakinan bahwa tuhan adalah awal dan akhir segala kebijakan. Pandangan
Aquinas mengenai semesta alam ini dibagi menjadi lima kelas: realitas
anorganis, realitas animal, realitas manusai, realitas malaikat dan realitas
tuhan (mayer: 452)
Pemikiran Aquinas dalam teologi
dalam Argumen pertama bahwa sifat alam yang selalu bergerak. Di alam ini
segala sesuatu bergerak. Dari sinilah dibuktikan tuhan ada. Argumen kedua
disebut sebab yang mencukupi. Argumen ketiga ialah argumen yang
kemungkinan dan keharusan. Argumen keempat memperhatikan tingkatan yang
terdapat pada alam ini. Argumen kelima
berdasarkan peraturan alam.
Menurutnya tuhan tidak tersusun dari
esensi dan akidensi karena tuhan tidak dapat berubah. Pendapat akuinas tentang
kosmologi yang terpentingnya adalah pandangannya tentang matter dan form.
Aquinas tentang jiwa amat sederhana. Jiwa dan raga mempunyai hubungan yang
pasti; raga menghadirkan matter dan jiwa menghadirkan form, yaitu
prinsip-prinsip hidup yang aktual.
Teori pengetahuannya dibimbing oleh
pandangannya bahwa pikir (reason) dan iman tidak bertentangan. Teori Aquinas.
Nilai atika yang tertinggi ialah kebaikan tertinggi. Kebaikan tertinggi tidak
mungkin dapat dicapai dalam kehidupan sekarang. Kita harus menunggu hari kelak
tatkala kita memperoleh pandangan sempurna tentang tuhan. Ia menekankan pada
superioritas kebaikan agama.
Teori politiknya mewakili pemikiran
politik abad ke 13 yang menekankan moral sebagai suatu idea pemerintahan.
Menurutnya keadaan negara tidak dapat dipisahkan dari sifat sosial manusia,
karena manusia tidak dilengkapi pertahanan diri sepeti mana perlengkapan
binatang, maka manusia memerlukan kebersamaan dengan manusia lain dalam
mencapai tujuan-tujuannya.
Tentang gereja ia menyatakan bahwa
manusia tidak akan selamat tanpa perantara gereja. Sakramen-sakramen gereja itu
perlu, sakramen mempunyai dua tujuan; pertama menyempurnakan manusia dalam
penyembahan kepada tuhan. Kedua menjaga manusia dari dosa.
Sumber
Buku : Prof. Dr. Ahmad Tafsir. (2013). Filsafat Umum. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya. Hlm. 66.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar