Minggu, 25 Desember 2016

Konsep al-Hikmah dan al-Hikmah al-Muta’aliyah Mulla Sadra



Konsep al-Hikmah dan al-Hikmah al-Muta’aliyah Mulla Sadra

            Untuk memahami konsep al-hikmah al-muta’aliyyah, mesti dilihat bagaimana Mulla Sadra mendefinisikan istilah hikmah atau falsafah, karena baginya kedua istilah itu identik. Dan ketika dia berbicara mengenai kedua istilah itu dalam perspektifnya sendiri, maka tak lain yang dimaksudkannya adalah al-hikmah al-muta’aliyayah. Mulla Sadra mendefinisikan falsafah sebagai: “Kesempurnaan jiwa manusia melalui pengetahuan terhadap realitas segala sesuatu yang ada sebagaimana adanya, dan pembenaran terhadap kebenaran mereka, yang dibangun berdasarkan bukti-bukti yang jelas, bukan atas dasar persangkaan dan sekedar mengikuti pendapat orang lain, sebatas kemampuan yang ada pada manusia. Jika anda suka, anda bisa berkata (kesempurnaan jiwa manusia melalui pengetahuan terhadap) tata tertib alam semesta sebagai tata tertib yang bisa diamengerti, sesuai kemampuan yang dimiliki, dalam rangka mencapai keserupaan dengan Tuhan.”
Bagi Sadra hikmah memiliki dua aspek: teoritik dan praktis. Aspek teoritik adalah mewarnai jiwa dengan gambaran realitas sebagai dunia yang bisa dimengerti, yang menyerupai dunia yang objektif. Sedangkan aspek praktis adalah melakukan perbuatan baik dengan tujuan mencapai superioritas jiwa terhadap badan dan badan tunduk kepada jiwa. Maka dari itu, menurut pandangan ini, hikmah merupakan pembebasan manusia dari dunia yang material, menuju tempat kesempurnaan, yaitu dunia material atau dalam bahasa lain, tempat manusia berasal—alam ketuhanan.

Sumber Buku : Dr. Syaifan Nur, M.A.. 2002. Filsafat Wujud Mulla Sadra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hal 98.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar