Filsafat
Pendidikan Masa Depan
Untuk
melihat wajah filsafat pendidikan masa depan, maka kita harus mengetahui
perkembangan terakhir tentang filsafat dan pendidikan itu sendiri. Gambaran
masa depan itu diperoleh melaui fakta-fakta yang ada di masa kini, ditambah
dengan berbagai kemungkinan-kemungkinan yang masuk akal yang akan terjadi di
masa yang ada datang.
1.
Posmodernisasi
Pendidikan
Reaksi
atas konsep-konsep sebelumnya ini biasanya diwadahi dengan istilah konsep
postmodern. Kata “post” berarti setelah sedangkan “modern” artinya setelah.
Kata “modern” itu sendiri mengacu pada keadaan setelah pencerahan. Jadi
urutannya dalam waktu linear, setelah masa kegelapan di Eropa (The Dark Midlle Age), abad Pertengahan
(1500-an), kemudian disusun dengan pasca Pencerahan (1600-an) yang ditandai
dengan Abad Reformasi di Jerman. Masa-masa perubahan itu kemudian menandai
adanya gerbang masa modern uang pada abad ke-17 dan dikukuhkan dengan adanya
revolusi Prancis (1789). Setelah masa modern, lahirlah masa postmodern, yakni
sebuah masa yang kita alami sekarang ini.
Konsep
posmeodern itu sendiri mengandung pengertian-pengertian yang berbeda. Madzab
Frankfurt di Jerman berpandangan bahwasanya konsep postmodern merupakan
perpanjangan tangan dari konsep modern. Dalam bahasa juru bicaranya, Jurgen
Habermas dikatakan bahwa posmodern
merupakan “proyek yang belum selesai”. Artinya, konsep-konsep yang menjadi ciri
khas modern masih tetap dipergunakan, yakni akal sehat (Rene Descartes), industrialisasi
(Karl Marx), positivisme dalam ilmu-ilmu social (Auguste Comte).
Sebaliknya,
tokoh Prancis yang bernama Jean-Francois Lyotard berpandangan bahwa konsep
posmodern merupakan penolakan terhadap konsep modern. Hal-hal yang ditolak
adalah nilai-nilai modern yang membuat manusia terjerembab ke dalam kemiskinan,
eksploitasi, kesenjangan, dan dominasi. Karena itu, dia mengembangkan
gagasan-gagasan yang menekankan pada semangat perlawanan terhadap nilai-nilai
modern, Nilai modern yang di atas itu disebut dengan grand narrative. Sementara itu, nilai posmodern mengangkat
narasinarasi kecil dengan semangat toleransi.
Ada
yang membuat jalan tengah, yakni membongkar susunan yang telah ada dan
membangun dengan susunan yang baru. Pembongkaran itu menggunakan istilah
arkeologi. Istilah ini diperkenalkan oleh Michel Foucault yang melihat
konsep-konsep modern sebagai konsep karena justru meyembunyikan
kenyataan-kenyataan mendasar. Kenyataan itlah yang justru menentukan
konsep-konsep selanjutnya. Pembongkaran melalui metode arkeologis ini akan
diperoleh peristiwa yang seakan-akan tidak memiliki kaitan dengan konsep
modern. Peristiwa yang seakan-akan tidak memiliki kaitan itu disebut dengan
diskontinuitas. Justru dari peristiwa yang diskontinu inilah sebuah konsep
modern dibangun. Karena itu, konsep posmodern tidak berawal dari kontinuitas,
tetapi sebaliknya, berasal dari diskontinuitas. Tidak membayangkan kenyataan
yang duhadapi sebagai hal yang teratur, melainkan hal yang kacau (fraktal),
chaos.
Tiga
kutup ini dapat dikatakan sebagi model-model pemikiran kontemporer dalam
mereaksi pemikiran-pemikiran sebelumnya, dimasa yang akan datang, tiga sudut
ini akan terus berdialog, hasil dialog itu bukanlah satu kesimpulan final,
tetapi tetap sebagai simpulan sementara. Artinya, konsep filsafat yang
berkembang di masa yang akan datang tidak melepaskan dari model-model konsep
yang sudah ada sebelumnya. Dan simpulan sementara yang dimaksud adalah kebenran
yang menjadi cirri khas masa posmodern itu.
Sumber
Buku : Dr. Saifur Rohman, M.Hum, M.Si dan Agus Wibowo, M.Pd. 2016. Filsafat
Pendidikan Masa Depan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hlm. 17.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar