Senin, 26 Desember 2016

Sejarah Kelahiran Filsafat



Sejarah Kelahiran Filsafat

            Berbicara tentang kelahiran dan perkembangan filsafat pada awal kelahirannya tidak dapat dipisahkan dengan perkembangan (ilmu) pengetahuan yang munculnya pada masa peradaban Kuno (masa Yunani). Pada tahun 2000 SM bangsa Babylon yang hidup di lembah Sungai Nil (Mesir) dan Sungai Efrat, telah mengenal alat pengukur berat, tabel bilangan berpangkat, tabel pertalian dengan menggunakan sepuluh jari.
            Paramida yang merupakan salah satu keajaiban dunia itu, yang ternyata pembuatannya menerapkan geometrid an matematika, menunjukan cara berpikirnya sudah tinggi. Selain itu, mereka pun sudah dapat mengadakan kegiatan pengamatan benda-benda langit, baik bintang, bulan, matahari sehingga dapat meramalkan gerhana baik gerhana bulan maupun gerhana matahari. Ternyata ilmu yang mereka pakai dewasa ini disebut astronomi. Di India dan Cina waktu itu telah ditemukan cara pembuatan kertas dan kompas (sebagai penunjuk arah).
1.      Masa Yunani
      Yunani terletak di Asia kecil. Kehidupan penduduknya sebagai nelayan dan pedagang, sebab sebagian besar penduduknya tinggal didaerah pantai, sehingga mereka dapat menguasai jalur perdagangan di Laut Tengah. Kebiasaan mereka hidup di alam bebas sebagai nelayan itulah mewarnai kepercayaan yang dianutnya, yaitu berdasarkan kekuatan alam sehingga beranggapan bahwa hubungan manusia dengan Sang Maha Pencipta bersifat formalitas. Artinya, kedudukan Tuhan terpisah dengan kehidupan manusia.
      Kepercayaan, yang bersifat formalitas (natural religion) tidak memberikan kebebasan kepada manusia, ini ditentang oleh Homerus[1] dengan dua buah karyanya yang terkenal, yaitu Ilias dan Odyseus. Kedua karya Homerus itu memuat nilai-nilai yang tinggi dan bersifat edukatif. Sedemikian besar peranan karya Homerus, sama kedudukannya seperti wayang purwa di Jawa. Akibatnya masyarakat lebih kritis dan rasional.
      Pada abad ke-6 SM, bermunculan para pemikir yang kepercayaannya bersifat rasional (cultural religion) menimbulkan pergeseran. Tuhan tidak lagi terspisah dengan manusia, melainkan justru menyatu dengan kehidupan manusia. System kepercayaan yang natural religious berubah menjadi system cultural religious. Dalam system kepercayaan natural religious ini manusia terikat oleh tradisionalisme. Sedangkan dalam system kepercayaan cultural religious ini memungkinkan manusia mengembangkan potensi dan budayanya dengan bebas, sekaligus dapat mengembangkan pemikirannya untuk menghadapi dan memecahkan berbagai misteri kehidupan/ alam dengan akal pikiran.
      Ahli pikir pertama kali yang muncul adalah Thales (± 625 – 545 SM) yang berhasil mengembangkan geometri dan matematika, Liokippos dan Democritos mengembangkan teori materi; Hipocrates mengembangkan ilmu kedokteran, Euclid mengembangkan geometri deduktif, Socrates mengembangkan teori tentang moral; Plato mengembangkan teori tentang ide; Aristoteles mengembangkan teori yang menyangkut dunia dan benda dan berhasil mengumpulkan data 500 jenis binatang (ilmu biologi). Suatu keberhasilan yang luar biasa dari Aristoteles adalah menemukan system pengaturan (logika formal) yang sampai sekarang masih dikenal.
2.      Masa Abad Pertengahan
      Masa ini di awali dengan lahirnya filsafat Eropa. Sebagaimana halnya dengan filsafat Yunani yang dipengaruhi oleh kepercayaan, maka filsafat atau pemikiran pada abad pertengahan pun dipengaruhi oleh kepercayaan Kristen. Artinya, pemikiran filsafat abad pertengahan didominasi oleh agama. Pemecahan semua persoalan selalu di dasarkan atas dogma agama, sehingga corak pemikiran kefilsafatannya bersifat teosentris.
      Baru pada abad ke-6 Masehi, setelah mendapatkan dukungan dari Karel Agung,[2] maka didirikanlah sekolah-sekolah yang member pelajaran gramatika, dialektika, geometri, aritmatika, astronomi, dan music. Keadaan yang demikian akan mendorong perkembangan pemikiran filsafat pada abad ke-13 yang ditandai berdirinya universitas-universitas dan ordo-ordo. Dalam ordo-ordo inilah mereka mengabdikan dirinya untuk kemajuan ilmu dan agama, seperti Anselmus (1033-1109), Abaelardus (1079-1143), Thomas Aquinas (1225-1274).
      Dikalangan para ahli pikir Islam (periode filsafat Skolastik Islam) muncul; Al-Kindi, Al-Farabi, Ibnu Sina, Al-Gazali, Ibnu Bajah, Ibnu Tufail, Ibnu Rusyd. Periode Skolastik Islam ini berlangsung tahun 850-1200. Pada masa itulah kejayaan Islam berlangsung dan ilmu pengetahuan berkembang dengan pesat. Akan tetapi, setelah jatuhnya kerajaan Islam di Granada di Spanyol tahun 1492 mulailah kekuasaan politik Barat menjajah ke Timur.[3] Suatu prestasi yang paling besar dalam kegiatan ilmu pengetahuan terutama dalam bidang filsafat. Di sini mereka merupakan mata rantai yang mentransfer filsafat Yunani, sebagaimana yang dilakukan oleh sarjana-sarjana Islam sendiri.
3.      Masa Abad Modern
      Pada masa abad modern ini pemikiran filsafat berhasil menempatkan manusia pada tempat yang sentral dalam pandangan kehidupan sehingga corak pemikirannya antroposentris, yaitu pemikiran filsafatnya mendasaran pada akal pikir dan pengetahuan.
      Di atas telah dikemukakan bahwa munculnya Renaissance dan Humanisme sebagai awal masa abad modern di mana para ahli (filosof) menjadi pelopor perkembangan filsafat (kalau pada masa abad pertengahan yang menjadi pelopor perkembangan filsafat adalah para pemuka agama). Pemikiran filsafat masa abad modern ini berusaha meletakkan dasar-dasar bagi metode induksi secara modern, serta membuka sistematika yang sifatnya logis-ilmiah. Pemikiran filsafat diupayakan lebih bersifat praktis, artinya pemikiran filsafa diarahkan pada upaya manusia agar dapat menguasai lingkungan alam dengan menggunakan berbagai penemuan ilmiah.
4.      Masa Abad Dewasa Ini (Filsafat abad ke-20)
      Filsafat dewasa ini atau Filsafat Abad ke-20 juga disebut filsafat Kontemporer. Cirri khas pemikiran filsafat ini adalah desentralisasi manusia karena pemikiran filsafat pada abad ke-20 ini memberikan perhatian yang khusus kepada bidang bahasa dan etika sosial.
      Kemudian, pada paruh pertama abad ke-20 ini timbul aliran-aliran kefilsafatan, seperti Neo-Thomisme, Neo-Kantianisme, Neo-Hegelianisme, Kritika Ilmu, Historisme, Irasionalisme, Neo-Vitalisme, Spiritualisme, Neo-Positivisme. Aliran-aliran di atas sampai sekarang tinggal sedikit yang masih bertahan. Sementara itu, pada awal belahan akhor abad ke-20 muncul aliran-aliran kefilsafatan yang lebih dapat memberikan corak pemikiran dewasa ini, seperti Filsafat Analitik, Filsafat Eksistensi, Strukturalisme, Kritika Sosial.


Sumber : Asmoro Achmadi. (2009). Filsafat Umum. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Hlm. 22.


[1] Waktu Homerus melahirkan karyanya ± tahun 850 SM orang-orang pada saat itu masih mempercayai dongeng-dongeng/ mitos, sehingga pada saat itu logos (akal) tidak berbicara. Baru sekitar abad VI SM mulai muncul para ahli pikir yang tidak puas dengan dongeng-dongeng. Lihat Bertens, Sejarah Filsafat Yunani, Kanisius, Yogyakarta, 1975, hlm. 14.
[2] Karel Agung/ Charlemagne (Prancis), Carolus Magnus (Latin), Charles I (742-814) menyerbu Italia untuk membantu Paus terhadap Desiderius (774) menjadi raja di Lombardis; merebut Spanyol Timur Laut dari tangan orang-orang Islam Arab (778); menaklukkan dan mengkristensasikan orang-orang Saxon. Tahun 800 menempatkan kembali Paus Leo III di atas tahtanya, kemudian oleh Paus dinobatkan menjadi kaisar di Roma. Lihat Pringgodiglo, (Ed.). Ensiklopedi Umum, Kanisius, Yohyakarta, 1972, hlm. 214.
[3] Di Spanyol terdapat dua universitas, yaitu: Universitas Cordoba yang didirikan oleh Abdurrahman II tahun 788, dan Universitas Granada yang didirikan oleh Khalifah Banu Nasr VII. Lihat Hasbulah Bakry, Disekitar Filsafat Skolastik Islam, AB Sitti Syamsiyah Sala, 1961, hlm. 105.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar