Minggu, 25 Desember 2016

Akal dan hati pada jaman modern



Akal dan hati pada jaman modern

*                  Renaissance
Ini istilah dalam bahasa prancis, dalam bahasa latin re+nasci yang artinya lahir kembali (rebirth). Batas yang jelas mengenai kapan dimulainya penghabisan abad pertengahan sulit ditentukan. Yang dapat ditentukan ialah bahwa abad pertengahan itu telah selesai tatkala datangnya zaman Renaissance yang meliputi kurun waktu abad ke-15 dan ke-16. Abad pertengahan adalah abad ketika alam pikiran dikungkung oleh gereja. Dalam kadaan seperti itu kebebasan amat terbatas, perkembangan sains sulit terjadi, juga perkembangan filsafat, bahkan dikatakan manusia tidak mampu menemukan dirinya sendiri. Oleh karena itu, orang mulai mencari alternatif. Di jaman alternatif inilah orang teringat pada suatu jaman ketika peradapan begitu bebas, pemikiran tidak dikungkung , sains maju, yaitu zaman dan peradaban yunani kuno. Usaha ini sebenarnya telah dimulai di dalam karya orang-orang italia di dalam kesusastraan.
*                  Rasionalisme (Descartes-Spinoza-Leibniz)
Adalah faham filsafat yang mengatakan bahwa akal adalah alat terpenting dalam mempeperoleh pengetahuan dan mengetes pengetahuan. Rasionalisme ada dua macam: dalam bidang agama adalah lawan autoritas dan dalam bidang filsafat adalah lawan empirisisme. Descartes, Untuk menemukan basis yang kuat ia meragukan segala sesuatu yang dapat diragukan.
Fondasinya dalam berfilsafat adalah aku yang berpikir. Pikiranku itulah yang  pantas dijadikan dasar filsafat karena aku yang berpikir itulah yang benar-benar ada, tidak diragukan, bukan kamu atau pikiranmu. Disini kelihatan sifat subjektif, individualis, humanis dalam filsafat. Sifat-sifat inilah, nantinya, yang mendorong perkembangan filsafat pada abad modern.
Leibniz, metafisikanya memusatkan perhatian pada substansi yaitu hidup, dan setiap sesuatu terjadi untuk suatu tujuan. Prinsip filsafatnya ialah prinsip akal yang mencukupi yang secara sederhana dapat dirumuskan “sesuatu harus mempunyai suatu alasan”. Dan bahkan tuhan harus mempunyai alasan untuk setiap yang diciptakan-NYA.
*                  Idealisme objektif (fichte-schelling-hegel)
Di dalam filsafat, idealisme adalah doktrin yang mengajarkan bahwa hakikat dunia fisik hanya dapat dipahami dlam kebergantungan pada jiwa (mind) dan spirit (roh). Istilah ini diambila dari idea, yaitu sesuatu yang hadir dalam jiwa.
Fichte (1762-1814) dasar realitas adalah kemaua; kemauan inilah thing-in-self-nya manusia. Penampakan, menurut pendapatnya adalah sesuatu yang ditanam oleh roh absolut sebgai penampakan kemauannya. Roh absolut adalah sesuatu yang berada di belakang kita.
Scelling (1775-1854) ia berpendapat bahwa mitos harus dipahami dari alam. Mitos itu mempunyai hukumnya sendiri, keharusannya sendiri, dan realiitasnya sendiri. Lebih jauh ia berpendapat bahwa sejarah seseorang ditentukan oleh motosnya. Suatu mitos yang telah diterima merupakan ukuran potensi murni kreatif pada orang tersebut. Alam seperti halnya manusia, menjalani suatu perkembangan mitologis.
Hegel (1770-1831) pusat filsafat hegel adalah konsep geist (roh, spirit) suatu istilah yang diilhami oleh agamanya. Istilah ini agak sulit dipahami. Roh dalam padangan hegel adalah sesuatu yang real, kongkret, kekuatab yang objektif, menjelma dalam berbagai macam bentuk sebagai world of spirit (dunia roh), yang menempat ke dalam objek-objek khusus. Di dalam kesadaran diri, roh itu merupakan esensi manusia dan juga esensi sejarah manusia
*                  Idealisme theist (pascal-kant)
Pascal (1623-1662) pengetahuan diperoleh melalui dua jalan yaitu akal (reason) dan hati (heart), hati memiliki logika tersendiri, unsur terpenting dalam manusia ia kontradiksi; satu-satunya jalan memahami manusia ialah agama; pengetahuan-pengetahuan rasional tidak mampu menyikap manusia, pengetahuan-pengetahuan rasional-rasional tidak mampu menyikap manusia, pengetahuan rasional itu hanya mampu menyingkap manusia, pengetahuan rasional tu hanya mampu menangkap objek-objek yang bebas kontradiksi, tuhan juga tidak dapat dipahami melalui argumen metafisika, tuhan hanya dapat dipahami melalui hati.
Immanuel Kant (1724-1804) dia membuat pemikiran dalam yang mengejutkan dalam sejarah filsafat. Dari bukunya yang berjudul “the critique of pure reason (pembahasan tentang akal murni)” dalam bukunya berisi argumen sains dapat dipercaya bila ia memnuhi syarat. Juga dalam bukunya yang lain “The Critique of practical reason (pembahasan tentang akal praktis)” dalam buku ini penjelasannya lebih luas, yaitu kehidupan memerlukan kebenenaran.
*                  Empirisme (locke-hume-spencer)
Empirisme adalah suatu doktrin filsafat yang menekankan peranan pengalaman dalam memperoleh pengetahuan serta pengetahuan itu sendiri dan mengecilkan peranan akal. Istilah empiris diambil dari bahasa yunani empriria yang berarti coba-coba atau pengalaman.
John locke (1632-1704) ide-ide tentang primary qualities objek pada objek itu, pola mereka ada pada objek itu sendiri, tetapi idea yang dihasilkan dalam jiwa kita oleh secondary qualities tidak berada pada objek itu. jadi idea yang ada pada jiwa kita tidak sama dengan yang ada pada objek. Yang kita ambil dari objek itu adalah power untuk menghasihlkan sensasi itu dalam diri kita.
David hume (1711-1776)  ia menyatakan bahwa hanya dengan berpikir, tanpa informasi dari pengalaman,  kita tidak mengetahui apa-apa kita tidak akan mengetahui apa-apa tentang dunia.
Herbert spencer (1820-1903) menurutnya kita hanya mengenali fenomena-fenomena atau gejala-gejala. Memang benar dibalik gejala-gejala itu ada suatu dasar absolut, tetapi yang absolut itu tidak dapat kita kenal. Secara prinsip pengenalan kita hanya menyangkut relasi-relasi antara gejala-gejala. Dibelakang gejala-gejala ada sesuatu yang olehnya disebut “yang tidak diketahui”, demikian spencer, metafisika menjadi tidak mungkin (bertens, 1979:76)
*                  Pragmatisme : william james (1842-1910)
Ia mengatakan bahwa pragmatisme adalah realitas sebagaimana kita kita ketahui.
Sifat pragmatisme james besifat voluntaristi, menekannya pada pentingnya faktor usaha dan kesukarelaan dalam keputusan dalam memperjelas sesuatu, ia mengatahan “ada kasus-kasus di sana ada kenyataan yang tidak mau jelas sama sekali kecuali bila ada keyakinan pendahuluan yang menyertai pemunculannya”
*                  Eksistensialisme (kierkegaard-sartre)
Kata dasar eksistensi adalah exist yang berasal dari kata latin ex yang berarti keluar dan sistere  yang berarti berdiri. Jadi eksistensi adlah berdiri dengan keluar dari dirii sendiri. Pikiran semacam ini dalam bahasa jerman disebut dasein. Da berarti di sana, sein berarti berada. Berada bagi manusia  selalu berarti di sana, di tempat. Tidak mungkin ada manusia tidak bertempat. Bertempat berarti terlibat dalam alam jasmani, bersatu dengan alam jasmani.
Soren kierkegaard (1813-1855) ia menyatakan bahwa manusia tidak pernah hidup dalam suatu “aku umum”, tetapi sebagai “aku individual” yang sama sekali unik dan tidak dapat dijabarkan kedalam sesuatu yang lain. Dengan demikian ia memperkenalkan istilah “eksistensi”
Jean Paul Sartre (1905-1980) ia mengatakan bila eksistensi manusia mendahului esensinya, berarti manusia harus bertanggung jawab untuk apa ia ada. Ia menjelaskan, karena manusia mula-mula sadar bahwa ia ada, itu berarti manusia menyadari bahwa ia menghadapi masa depan.

Sumber Buku : Prof. Dr. Ahmad Tafsir. (2013). Filsafat Umum. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Hlm. 117.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar