Akal dan hati pada jaman modern
Renaissance
Ini istilah dalam bahasa prancis,
dalam bahasa latin re+nasci yang artinya lahir kembali (rebirth). Batas
yang jelas mengenai kapan dimulainya penghabisan abad pertengahan sulit
ditentukan. Yang dapat ditentukan ialah bahwa abad pertengahan itu telah
selesai tatkala datangnya zaman Renaissance yang meliputi kurun waktu abad
ke-15 dan ke-16. Abad pertengahan adalah abad ketika alam pikiran dikungkung
oleh gereja. Dalam kadaan seperti itu kebebasan amat terbatas, perkembangan
sains sulit terjadi, juga perkembangan filsafat, bahkan dikatakan manusia tidak
mampu menemukan dirinya sendiri. Oleh karena itu, orang mulai mencari
alternatif. Di jaman alternatif inilah orang teringat pada suatu jaman ketika
peradapan begitu bebas, pemikiran tidak dikungkung , sains maju, yaitu zaman
dan peradaban yunani kuno. Usaha ini sebenarnya telah dimulai di dalam karya
orang-orang italia di dalam kesusastraan.
Rasionalisme
(Descartes-Spinoza-Leibniz)
Adalah faham filsafat yang
mengatakan bahwa akal adalah alat terpenting dalam mempeperoleh pengetahuan dan
mengetes pengetahuan. Rasionalisme ada dua macam: dalam bidang agama adalah
lawan autoritas dan dalam bidang filsafat adalah lawan empirisisme. Descartes,
Untuk menemukan basis yang kuat ia meragukan segala sesuatu yang dapat
diragukan.
Fondasinya dalam berfilsafat adalah aku
yang berpikir. Pikiranku itulah yang
pantas dijadikan dasar filsafat karena aku yang berpikir itulah
yang benar-benar ada, tidak diragukan, bukan kamu atau pikiranmu. Disini
kelihatan sifat subjektif, individualis, humanis dalam filsafat. Sifat-sifat
inilah, nantinya, yang mendorong perkembangan filsafat pada abad modern.
Leibniz, metafisikanya memusatkan perhatian pada substansi
yaitu hidup, dan setiap sesuatu terjadi untuk suatu tujuan. Prinsip filsafatnya
ialah prinsip akal yang mencukupi yang secara sederhana dapat dirumuskan
“sesuatu harus mempunyai suatu alasan”. Dan bahkan tuhan harus mempunyai alasan
untuk setiap yang diciptakan-NYA.
Idealisme
objektif (fichte-schelling-hegel)
Di dalam filsafat, idealisme adalah
doktrin yang mengajarkan bahwa hakikat dunia fisik hanya dapat dipahami dlam
kebergantungan pada jiwa (mind) dan spirit (roh). Istilah ini
diambila dari idea, yaitu sesuatu yang hadir dalam jiwa.
Fichte (1762-1814) dasar realitas
adalah kemaua; kemauan inilah thing-in-self-nya manusia. Penampakan,
menurut pendapatnya adalah sesuatu yang ditanam oleh roh absolut sebgai
penampakan kemauannya. Roh absolut adalah sesuatu yang berada di belakang kita.
Scelling (1775-1854) ia berpendapat
bahwa mitos harus dipahami dari alam. Mitos itu mempunyai hukumnya sendiri,
keharusannya sendiri, dan realiitasnya sendiri. Lebih jauh ia berpendapat bahwa
sejarah seseorang ditentukan oleh motosnya. Suatu mitos yang telah diterima
merupakan ukuran potensi murni kreatif pada orang tersebut. Alam seperti halnya
manusia, menjalani suatu perkembangan mitologis.
Hegel (1770-1831) pusat filsafat
hegel adalah konsep geist (roh, spirit) suatu istilah yang diilhami oleh
agamanya. Istilah ini agak sulit dipahami. Roh dalam padangan hegel adalah
sesuatu yang real, kongkret, kekuatab yang objektif, menjelma dalam berbagai
macam bentuk sebagai world of spirit (dunia roh), yang menempat ke dalam
objek-objek khusus. Di dalam kesadaran diri, roh itu merupakan esensi manusia
dan juga esensi sejarah manusia
Idealisme
theist (pascal-kant)
Pascal (1623-1662) pengetahuan
diperoleh melalui dua jalan yaitu akal (reason) dan hati (heart),
hati memiliki logika tersendiri, unsur terpenting dalam manusia ia
kontradiksi; satu-satunya jalan memahami manusia ialah agama;
pengetahuan-pengetahuan rasional tidak mampu menyikap manusia,
pengetahuan-pengetahuan rasional-rasional tidak mampu menyikap manusia,
pengetahuan rasional itu hanya mampu menyingkap manusia, pengetahuan rasional
tu hanya mampu menangkap objek-objek yang bebas kontradiksi, tuhan juga tidak
dapat dipahami melalui argumen metafisika, tuhan hanya dapat dipahami melalui
hati.
Immanuel Kant (1724-1804) dia
membuat pemikiran dalam yang mengejutkan dalam sejarah filsafat. Dari bukunya
yang berjudul “the critique of pure reason (pembahasan tentang akal murni)”
dalam bukunya berisi argumen sains dapat dipercaya bila ia memnuhi syarat. Juga
dalam bukunya yang lain “The Critique of practical reason (pembahasan tentang
akal praktis)” dalam buku ini penjelasannya lebih luas, yaitu kehidupan
memerlukan kebenenaran.
Empirisme
(locke-hume-spencer)
Empirisme adalah suatu doktrin
filsafat yang menekankan peranan pengalaman dalam memperoleh pengetahuan serta
pengetahuan itu sendiri dan mengecilkan peranan akal. Istilah empiris diambil
dari bahasa yunani empriria yang berarti coba-coba atau pengalaman.
John locke (1632-1704) ide-ide
tentang primary qualities objek pada objek itu, pola mereka ada pada
objek itu sendiri, tetapi idea yang dihasilkan dalam jiwa kita oleh secondary
qualities tidak berada pada objek itu. jadi idea yang ada pada jiwa kita
tidak sama dengan yang ada pada objek. Yang kita ambil dari objek itu adalah power
untuk menghasihlkan sensasi itu dalam diri kita.
David hume (1711-1776) ia menyatakan bahwa hanya dengan berpikir,
tanpa informasi dari pengalaman, kita
tidak mengetahui apa-apa kita tidak akan mengetahui apa-apa tentang dunia.
Herbert spencer (1820-1903)
menurutnya kita hanya mengenali fenomena-fenomena atau gejala-gejala. Memang
benar dibalik gejala-gejala itu ada suatu dasar absolut, tetapi yang absolut
itu tidak dapat kita kenal. Secara prinsip pengenalan kita hanya menyangkut
relasi-relasi antara gejala-gejala. Dibelakang gejala-gejala ada sesuatu yang
olehnya disebut “yang tidak diketahui”, demikian spencer, metafisika menjadi
tidak mungkin (bertens, 1979:76)
Pragmatisme
: william james (1842-1910)
Ia mengatakan bahwa pragmatisme
adalah realitas sebagaimana kita kita ketahui.
Sifat pragmatisme james besifat voluntaristi, menekannya
pada pentingnya faktor usaha dan kesukarelaan dalam keputusan dalam memperjelas
sesuatu, ia mengatahan “ada kasus-kasus di sana ada kenyataan yang tidak mau jelas
sama sekali kecuali bila ada keyakinan pendahuluan yang menyertai
pemunculannya”
Eksistensialisme
(kierkegaard-sartre)
Kata dasar eksistensi adalah exist
yang berasal dari kata latin ex yang berarti keluar dan sistere yang berarti berdiri. Jadi eksistensi adlah
berdiri dengan keluar dari dirii sendiri. Pikiran semacam ini dalam bahasa
jerman disebut dasein. Da berarti di sana, sein berarti
berada. Berada bagi manusia selalu
berarti di sana, di tempat. Tidak mungkin ada manusia tidak bertempat. Bertempat
berarti terlibat dalam alam jasmani, bersatu dengan alam jasmani.
Soren kierkegaard (1813-1855) ia
menyatakan bahwa manusia tidak pernah hidup dalam suatu “aku umum”, tetapi
sebagai “aku individual” yang sama sekali unik dan tidak dapat dijabarkan kedalam
sesuatu yang lain. Dengan demikian ia memperkenalkan istilah “eksistensi”
Jean Paul Sartre (1905-1980) ia
mengatakan bila eksistensi manusia mendahului esensinya, berarti manusia harus
bertanggung jawab untuk apa ia ada. Ia menjelaskan, karena manusia mula-mula
sadar bahwa ia ada, itu berarti manusia menyadari bahwa ia menghadapi masa
depan.
Sumber
Buku : Prof. Dr. Ahmad Tafsir. (2013). Filsafat Umum. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya. Hlm. 117.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar