Tujuan
Pendidikan Karakter
Tujuan
pendidikan karakter adalah penanaman nilai dalam diri siswa dan pembaharuan
tata kehidupan bersama yang lebih menghargai kebebasan individu. Tujuan jangka
panjangnya tidak lain adalah mendasarkan diri pada tanggapan aktif kontekstual
individu atas impuls natural social yang diterimanya, yang pada gilirannya
semakin mempertajam visi hidup yang akan diraih lewat proses pembentukan diri
secara terus-menerus (on going formation).
Tujuan jangka panjang ini merupakan pendekatan dialektis yang semakin
mendekatkan dengan kenyataan yang ideal, melalui proses refleksi dan interaksi
secara terus-menerus antara idealisme, pilihan sarana, dan hasil langsung yang
dapat dievaluasi secara onjektif.[1]
Pendidikan
karakter juga yang bertujuan meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil
pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter dan
akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang sesuai dengan
standar kompetensi lulusan. Melalui pendidikan karakter, diharapkan siswa didik
mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuan pengetahuannya,
mengkaji dan menginternalisasi serta mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan
akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari.
Pendidikan
karakter paad tingkatan institusi, mengarah pada pembentukan budaya sekolah,
yaitu nilai-nilai yang melandasi perilaku, tradisi, kebiasaan keseharian, dan
symbol-simbol yang dipraktikkan oleh semua warga sekolah dan masyarakat
sekitar. Budaya sekolah merupakan ciri khas, karakter atau watak, dan citra
sekolah terdapat di mata masyarakat luas.
Tujuan
mulai pendidikan karakter ini akan berdampak langsung pada prestasi anak didik.
Menurut Suyanto. Ada beberapa penelitian yang menjelaskan dampak pendidikan
karakter terhadap keberhasilan akademik. Ringkasan dari beberapa penemuan
penting mengenai hal ini dterbitkan oleh sebuah Buletin Character Educator, yang diterbitkan oleh Character Education
Partnership.
Dalam
buletin tersebut, diuraikan bahwa hasil studi Marvin Berkowitz dari University
of Missouri, St. Louis menunjukan adanya peningkatan motivasi siswa dalam
meraih prestasi akademik pada sekolah-sekolah yang menerapkan pendidikan
karakter. Kelas-kelas yang secara komprehensif terlibat dalam pendidikan karakter
menunjukan adanya penurunan drastis pada perilaku negatif siswa yang dapat
menghambat keberhasilan akademik.
Hal
it sesuai dengan pendapat Daniel Goleman tentang keberhasilan seseorang di
masyarakat. Menurutnya, 80% keberhasilan seseorang di masyarakat dipengaruhi
oleh kecerdasan emosi, dan hanya 20% ditentukan oleh kecerdasan otak (IQ).
Beberapa Negara yang telah menerapkan pendidikan karakter sejak pendidikan
dasar di antaranya adalah Amerika Serikat, Jepang, Cina, dan Korea. Hasil
penelitian di Negara-negara ini menyatakan bahwa implementasi pendidikan
karakter yang tersusun secara sistematis berdampak posistif pada pencapaian
akademis. Seiring sosialisasi tentang relevansi pendidikan karakter ini, semoga
dalam waktu dekat tiap sekolah bisa segera menerapkannya, agar nantinya lahir
generasi bangsa yang cerdas dan berkarakter sesuai dengan nilai-nilai leluhur
bangsa dan agama.[2]
Internalisasi
pendidikan karakter ini semakin tidak langsung akan menjadi kekuatan untuk
menyeleksi dan memfilter setiap tantangan yang datang dari luar, baik berupa
budaya Barat, nilai-nilai masyarakat, dan pemikiran-pemikiran yang setiap lalu
lalang dihadapan manusia lewat media cetak maupun elektronik. Perang pemikiran,
kebudayaan, ekonomi, moral, dan nilai terjadi begitu dasyat di era kompetisi
terbuka sekarang ini, sehingga dibutuhkan individu dan masyarakat yang tangguh
dan konsisten menjalani nilai-nilai suci dan agung yang diyakininya. Ia kana
menjadi figure transformator yang menginspirasi dan memotivasi manusia untuk melestarikan
dan memperjuangkan nilai-nilai agung yang diyakini kebenarannya, serta dinamis
dan progresif dalam mengembangkan nilai-nilai tersebut sehingga senantiasa
relevan dengan tantangan kekinian yang membutuhkan proses adaptasi,
kontekstualisasi, dan revitalisasi secara terus-menerus. Pendidikan karakter
menjadi sangat penting karena posisinya strategis dalam memompa semangat
manusia dalam melestarikan dan memperjuangkan nilai-nilai agung tersebut.
Sumber : Jamal Ma’mur Asmani. 2011. Buku Panduan Internalisasi Pendidikan
Karakter di Sekolah. Yogyakarta: DIVA Press. Hal. 42.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar