Filsafat
Sebagai Pandangan Hidup
Diartikan
sebagai pandangan hidup[1]
karena filsafat pada hakikatnya bersumber pada hakikat kodrat pribadi manusia
(sebagai makhluk individu, makhluk sosial dan makhluk Tuhan). Hal ini berarti
bahwa filsafat mendasarkan pada penjelmaan manusia secara total dan sentral
sesuai dengan hakikat manusia sebagai makhluk monodualisme (manusia secara
kodrat terdiri dari jiwa dan raga). Manusia secara total (menyeluruh) dan
sentral di dalamya memuat sekaligus sebagai sumber penjelmaan bermacam-macam
filsafat sebagai berikut.
a.
Manusia dengan
unsur raganya dapat melahirkan filsafat biologi.
b.
Manusia dengan
unsur rasanya dapat melahirkan keindahan (estetika).
c.
Manusia dengan
unsur monodualismenya (kesatuan jiwa dan raganya) dapat melahirkan filsafat
antropologi.
d.
Manusia dengan
kedudukannya sebagai makhluk Tuhan dapat melahirkan filsafat ketuhanan.
e.
Manusia dengan
kedudukannya sebagai makhluk sosial dapat melahirkan filsafat sosial.
f.
Manusia sebagai
makhluk yang berakal dapa melahirkan filsafat berpikir (logika).
g.
Manusia dengan
unsur kehendaknya untuk berbuat baik dan buruk melahirkan filsafat tingkah laku
(etika).
h.
Manusia dengan
unsur jiwanya dapat melahirkan filsafat psikologi.
i.
Manusia dengan
segala aspek kehidupannya dapat melahirkan filsafat nilai (aksiologi).
j.
Manusia dengan
dan sebagai warga Negara dapat melahirkan filsafat Negara.
k.
Manusia dnegan
unsur kepercayaannya terhadap supranatural dapat melahirkan filsafat agama.
Filsafat
sebagai pandangan hidup (Weltsanschaung)
merupakan suatu pandangan hidup yang dijadikan dasar setiap tindakan dan
tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari, juga dipergunakan untuk menyelesaikan
persoalan-persoalan yang dihadapi dalam hidupnya. Pandangan hidupnya itu akan
tercermin di dalam sikap hidup dan cara hidup. Sikap dan cara hidup tersebut
akan muncul apabila manusia mampu memikirkan dirinya sendiri secara total.
Sumber
: Asmoro Achmadi. (2009). Filsafat Umum.
Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Hlm. 7.
[1] Theodore Bramelt mengatakan
bahwa filsafat sebagai usaha yang kokoh dari orang biasa maupun orang cerdik
pandai untuk membuat hidup sedapat mungkin dapat dipahami dan mengandung makna.
J.A Leighton juga mengatakan bahwa filsafat yang lengkap mencakup suatu
pandangan (hidup) dunia atau konsepsi yang beralasan mengenai seluruh kosmos,
dan suatu pandangan hidup atau ajaran tentang nilai-nilai, makna-makna, dan
tujuan-tujuan dari hidup manusia. Lihat The Liang Gie, op.cit., hlm. 8.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar