Minggu, 25 Desember 2016

Filsafat Sebagai Pandangan Hidup



Filsafat Sebagai Pandangan Hidup

            Diartikan sebagai pandangan hidup[1] karena filsafat pada hakikatnya bersumber pada hakikat kodrat pribadi manusia (sebagai makhluk individu, makhluk sosial dan makhluk Tuhan). Hal ini berarti bahwa filsafat mendasarkan pada penjelmaan manusia secara total dan sentral sesuai dengan hakikat manusia sebagai makhluk monodualisme (manusia secara kodrat terdiri dari jiwa dan raga). Manusia secara total (menyeluruh) dan sentral di dalamya memuat sekaligus sebagai sumber penjelmaan bermacam-macam filsafat sebagai berikut.
a.       Manusia dengan unsur raganya dapat melahirkan filsafat biologi.
b.      Manusia dengan unsur rasanya dapat melahirkan keindahan (estetika).
c.       Manusia dengan unsur monodualismenya (kesatuan jiwa dan raganya) dapat melahirkan filsafat antropologi.
d.      Manusia dengan kedudukannya sebagai makhluk Tuhan dapat melahirkan filsafat ketuhanan.
e.       Manusia dengan kedudukannya sebagai makhluk sosial dapat melahirkan filsafat sosial.
f.       Manusia sebagai makhluk yang berakal dapa melahirkan filsafat berpikir (logika).
g.      Manusia dengan unsur kehendaknya untuk berbuat baik dan buruk melahirkan filsafat tingkah laku (etika).
h.      Manusia dengan unsur jiwanya dapat melahirkan filsafat psikologi.
i.        Manusia dengan segala aspek kehidupannya dapat melahirkan filsafat nilai (aksiologi).
j.        Manusia dengan dan sebagai warga Negara dapat melahirkan filsafat Negara.
k.      Manusia dnegan unsur kepercayaannya terhadap supranatural dapat melahirkan filsafat agama.
            Filsafat sebagai pandangan hidup (Weltsanschaung) merupakan suatu pandangan hidup yang dijadikan dasar setiap tindakan dan tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari, juga dipergunakan untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang dihadapi dalam hidupnya. Pandangan hidupnya itu akan tercermin di dalam sikap hidup dan cara hidup. Sikap dan cara hidup tersebut akan muncul apabila manusia mampu memikirkan dirinya sendiri secara total.

Sumber : Asmoro Achmadi. (2009). Filsafat Umum. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Hlm. 7.


[1] Theodore Bramelt mengatakan bahwa filsafat sebagai usaha yang kokoh dari orang biasa maupun orang cerdik pandai untuk membuat hidup sedapat mungkin dapat dipahami dan mengandung makna. J.A Leighton juga mengatakan bahwa filsafat yang lengkap mencakup suatu pandangan (hidup) dunia atau konsepsi yang beralasan mengenai seluruh kosmos, dan suatu pandangan hidup atau ajaran tentang nilai-nilai, makna-makna, dan tujuan-tujuan dari hidup manusia. Lihat The Liang Gie, op.cit., hlm. 8.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar