Jenis-Jenis
Pendidikan Karakter
Ada
empat jenis karakter yang selama ini dikenal dan dilaksanakn dalam proses
pendidikan. Berikut keempat jenis karakter tersebut:
1.
Pendidikan
karakter berbasis nilai religious, yang merupakan kebenaran wahyu Tuhan (konservasi
,moral).
2.
Pendidikan
karakter berbasis nilai budaya, antara lain yang berupa budi pekerti,
Pancasila, apresiasi sastra, serta keteladanan tokoh-tokoh sejarah dan para
pemimpin bangsa (konservasi lingkungan).
3.
Pendidikan
karakter berbasis lingkungan (konservasi lingkungan).
4.
Pendidikan
karakter berbasis potensi diri; yaitu sikap pribadi, hasil proses kesadaran
pemberdayaan potensi diri yang diarahkan untuk meningkatkan kualitas pendidikan
(konservasi humanis).
Pendidikan
karakter berbasis potensi diri adalah proses kegiatan yang dilakukan dengan
segala daya upaya secara sadar dan terencana untuk mengarahkan anak didik agar
mereka mampu mengatasi diri melalui kebebasan dan penalaran serta mengembangkan
segala potensi diri yang dimiliki anak didik.
Pendidikan
karakter berbasis potensi diri memiliki beberapa kelebihan. Berikut beberapa
kelebihan tersebut.
a.
Proses kegiatan
pendidikan karakter berbasis potensi dilakukan dengan segala daya upaya.
Artinya, dalam proses pendidikan karakter berbasi potensi diri, guru tidak
hanya berperan sebagai pengajar yang menyampaikan materi pengajaran, tetapi ia
juga bertindak sebagai inspirator, inisiator, fasilitatir, mediator,
supervisor, evaluator, teman (friend)
sekaligus pembimbing (counselor),
lebih matang (older), otoritas
akademik (authority in field),
pengasuh (nurturer), dan sepenuh hati
dengan cinta dan kasih saying (devoted).
b.
Anak didik mampu
mengatasi diri. Artinya, ia mampu bersikap mandiri, mampu mengatasi segala
problem keuangan, perkuliahan, kesehatan, pribadi (emosi), keluarga, pengisian waktu senggang, agama dan akhlak,
perkembangan pribadi dan sosial, memilih pekerjaan, serta persiapan untuk
keluarga melalui kebebasan dan penalaran.
c.
Kebebasan
merupakan suatu kondisi dan situasi merdeka. Tidak ada tekanan dari siapa pun
dan dari pihak mana pun. Bebas menyatakan pendapat, menentukan pilihan,
berpikir, melakukan aktivitas, berkreasi, dan berkeyakinan bermanfaat bagi diri
sendiri, orang lain, masyarakat, bangsa dan Negara, serta tidak merugikan
siapapun.
d.
Penalaran. Ini
merupakan kemampuan untuk berpikir yang benar dan teruji kebenarannya, yaitu
kemampuan berpikir logis dan anlitis. Berpikir logis merupakan kemampuan
menggeneralisasikan pernyataan-pernyataan khusus (logika induktif melalui
pengamatan empiris) atau menyimpulkan pernyataan umum atau khusus (logika
deduktif melalui cara berpikir rasional).
e.
Segala potensi
anak didik. Artinya, setiap anak didik bersifat unik. Mereka memiliki potensi
terpendam. Dalam proses pendidikan karakter, semua potensi yang dimiliki anak
didik digali dan diberdayakan untuk bekal hidup mereka. Potensi diri dimiliki
oleh setiap manusia normal. Potensi diri sangat banyak, yang antara lain etos
belajar, idealisme pendidikan, mind
mapping (penataan informasi agar mudah diakses), multiple intelligence (kecerdasan ganda), public speaking (keterampilan berbicara di depan umum), effective thinking (pola berpikir
efektif), editing (penyuntingan
karangan), brainstorming, pelaksanaan
model pembelajaran kooperatif tipe komprehensif (MPKTK), sinergi pemberdayaan
potensi mahasiswa, lesson study
(pengamatan pembelajaran di kelas), serta information
and communication technology (ICT).[1]
Jenis-jenis
pendidikan karakter ini menjadikan pendidikan senantiasa hidup di level
individu, sosial, lingkungan, peradaban, dan agama. Keempat level ini akan
menyempuranakan dan lesesatkan idividu ke jalur kemenangan dahsyat yang tidak
diprediksi sebelumnya, karena mengalami lompatan luar biasa dalam hidupnya.
Maka, pilar-pilar pendidikan karakter ini harus didayagunakan secara
keseluruhan.
Sumber : Jamal Ma’mur Asmani. 2011. Buku Panduan Internalisasi Pendidikan
Karakter di Sekolah. Yogyakarta: DIVA Press. Hal. 64.
[1] D. Yahya Khan, Pendidikan Karakter Berbasis Potensi Diri;
Mendongkrak Kualitas Pendidikan (Yogyakarta: Pelangi Publishing, 2010),
hlm. 2-4.
Sangat baik
BalasHapus