Minggu, 25 Desember 2016

Dasar-Dasar Kajian Filsafat Pendidikan



Dasar-Dasar Kajian Filsafat Pendidikan

            Pemahaman filsafat pendidikan dalam buku ini dimulai dari pemahaman yang jernih tentang filsafat itu sendiri. Konsep-konsep dalam filsafat langsung menggunakan istilah khususnya, yakni kosmologi, etika, logika, estetika, maupun ontologi. Demikian pula, konsep-konsep dalam filsafat terapan tidak menggunakan embel-embel terapan di belakangnya, tetapi langsung merujuk paada disiplin ilmu yang dikembangkan, misalnya, filsafat pengetahuan, filsafat politik, filsafat social, dan seterusnya. Jadi istilah filsafat teoritis adalah merangkum gagasan-gagasan yang biasa diperbincangkan dalam filsafat sebagai disiplin ilmu. Demikian filsafat terapan juga dimanfaatkan untuk merangkum aneka-aneka jejak filsafat dalam lapangan ilmu lain.
            Filsafat pendidikan merupakan bagisan dari filsafat terapan. Untuk lebih memahami arti teoritis dan terapan, kita ada sebuah contoh, misalnya ilmu matematika. Dalam matematika ada konsep geometri, aljabar, himpunan, dan trigonometri. Konsep aljabar dikembangkan sedemikian rupa dalam bentuk persamaan-persamaan. Dalam persamaan itu ada kaidah penambahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian. Objeknya adalah angka-angka abstrak untuk memecahkan persoalan-persoalan di dalam ilmu aljabar. Sebagai contoh permasalahan di dalam persamaan kuadrat ada hokum-hukum distributive yang perlu diuji. Pengujian itu memerlukan angka masalah yang bisa mengukuhkan atau membatalkan. Ini disebut dengan matematika teoritis.
            Contoh lain, ilmu sosiologi. Dalam ilmu sosiologi dibahas tentang hubungan-hubungan antara individu dengan individu lain atau satu kelompok dengan kelompok yang lain. Hubungan itu bisa didasarkan pada darah (kekeraban), maupun didasarkan pada air (kepentingan). Dalam suatu komunitas yang diselidiki, ada masalah inses (perkawinan dalam hubungan darah). Pemecahan terhadap masalah ini sangat bermanfaat untuk pengembangan konsep-konsep sosiologi. Maksudnya, apakah masalah inses ini hanya terjadi dalam satu kelompok atau semua kelompok di dunia, ini akan sangat menentukan perkembangan ilmu sosiologi di masa depan. Ini disebut dengan sosiologi teoritis.
1.      Pendidikan Sebagai Konsep
            Pendidkan secara filosofis haruslah dilihat sebagai konsep. Konsep adalah hasil pengetahuan. Konsep mewadahi seluruh jerih payah dari “mengetahui dengan benar”. Konsep merupakan kontruksi pengetahuan yang terstruktur untuk menjelaskan segala hal. Untuk memperoleh konsep yang benar, diperlukan dua syarat, yakni ada objek yang sesuai dengan konsepnya. Artinya, konsep benar dan objek benar.
            Soalnya, dalam filsafat sebagai disiplin ilmu, ada sejumlah objek yang benar sehingga memunculkan konsep yang benar. Dengan begitu, praktis dalam filsafat terdapat jenis-jenis konsep yang bisa dipelajari lebih lanjut. Untuk memahami konsep tersebut, ada baiknya mengingatkan kembali tentang objek-objek filsafat – sebagaimana pernah dipelajari dalam objek filsafat. Objeknya adalah materi (ens corporalis), tumbuhan (ens vegetatum), yang bergerak (ens animalis), yang berpikir (ens rationalis), dan yang bersimbol (ens symbolicum). Materi adalah segala hal yang bisa dicerap pancaindra. Pencerapan ini menghasilkan konsep-konsep yang didasarkan pada materi, misalnya, tentang ruang, waktu, alam semesta, bahkan pengetahuan itu sendiri.
2.      Asas Pemeriksaan Konsep Filsafat Pendidikan.
            Maksudnya, asas pemeriksaan konsep adalah dasar-dasar pemeriksaan terhadap konsep filsafat. Bagaimana mengetahui adanya unsur dominan di dalam konsep pendidikan? Kita harus faham bahwasanya konsep adalah struktur utuh dari ide-ide. Sebagai struktur hal itu memiliki unsur-unsur yang fungsional, memiliki system input dan output, serta memilki orientasi sehingga memiliki corak tertentu. Corakan muncul dari sebuah system ketika perilaku system itu mengarah pada sasaran tertentu. Perilaku ini disebut pula dengan operasi. Itulah rangkuman pembicaraan mengetahui tentang “mengetahui yang benar”.
            Mengigat konsep tidak bisa dilepaskan dari asal-muasal, proses, dan tujuan, maka daalm pemeriksaan konsep gagasan “asal-muasal, proses, dan tujuan” itu merupakan patokan awalnya. Asal-muasalnya filsafat adalah dari segala tujuan yang tampak (dokei moi) atau yang tak tampak (dokein). Asal-muasal ini sebut dengan representasi. Prosenya adalah bagaimana cara mengetahui yang benar. Cara mengetahui ini disebut dengan epistemologi. Sementara itu, tujuan akhirya adalah: hakikat yang merangkum keseluruhan masalah yang terjadi sebelumnya. Hakikat ini disebut dengan metafisika.

Sumber Buku : Dr. Saifur Rohman, M.Hum, M.Si dan Agus Wibowo, M.Pd. 2016. Filsafat Pendidikan Masa Depan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hlm. 7.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar