MAKALAH
PENULISAN KARANGAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sebagai bagian dari kegiatan berbahasa, menulis
berkaitan erat dengan aktivitas berpikir. Keduanya saling melengkapi. Menurut
Syafie’ie (1988:42), secara psikologis menulis memerlukan kerja otak, kesabaran
pikiran, kehalusan perasan, kemauan yang keras. Menulis dan berpikir merupakan
dua kegiatan yang dilakukan secara bersama dan berulang-ulang. Dengan kata
lain, tulisan adalah wadah yang sekaligus merupakan hasil pemikiran. Melalui
kegiatan menulis, penulis dapat mengkomunikasikan pikirannya. Melalui kegiatan
berpikir, penulis dapat meningkatkan kemampuannya dalam menulis.
Mengemukakan gagasan secara tertulis tidaklah mudah.
di samping dituntut kemampuan berpikir yang memadai, juga dituntut berbagai
aspek terkait lainnya, misalnya penguasaan materi tulisan, pengetahuan bahasa
tulis, dan motivasi yang kuat. Untuk menghasilkan tulisan yang baik, setiap
penulis hendaknya memiliki tiga keterampilan dasar dalam menulis, yaitu
keterampilan berbahasa, keterampilan penyajian, dan keterampilan pewajahan.
Ketiga keterampilan ini harus saling menunjang atau isi-mengisi. Kegagalan
dalam salah satu komponen dapat mengakibatkan gangguan dalam menuangkan ide
secara tertulis.
Karangan adalah suatu karya tulis hasil dari kegiatan seseorang untuk
mengungkapkan gagasan dan menyampaikanya melalui bahasa tulis kepada pembaca
untuk dipahami. Lima jenis karangan yang umum dijumpai dalam keseharian adalah
narasi, deskripsi, eksposisi, argumentasi, dan persuasi.
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan karangan?
b. Bagaimana teknik pembuatan karangan berdasarkan
kriteria dan teknik penulisannya?
c.
Bagaimana
penggolongan karangan menurut bobot isinya?
1.3 Tujuan
a. Agar mahasiswa mengetahui pengertian karangan.
b. Agar mahasiswa memahami proses pembuatan karangan
berdasarkan kriteria dan teknik penulisannya.
c. Agar mahasiswa dapat mengetahui jenis - jenis
karangan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian
Mengarang dan Karangan
Sebelum merumuskan
pengertian karangan, perlu dipahami terlebih dahulu makna kata mengarang, sebab dari kegiatan yang
disebut mengarang itulah dihasilkan suatu karangan. Mengarang berarti ‘menyusun’ atau ‘merangkai’. Karangan bunga adalah hasil dari pekerjaan
menyusun/merangkai bunga. Rangkaian bunga adalah hasil dari kegiatan merangkai
bunga. Tanpa adaorang yang merangkai melati, misalnya, tidak aka nada rangkaian
melati.
Pada awalnya kata merangkai tidak berkaitan dengan
kegiatan menulis. Cakupan makna kata merangkai
mula-mula terbatas pada pekerjaan yang berhubungan dengan benda konkret seperti
merangkai bunga atau merangkai benda lain. Sejalan dengan kemajuan komunikasi
dan bahasa, lama-kelamaan timbul istilah merangkai
kata. Lalu berlanjut dengan istilah merangkai
kalimat; kemudian jadilah apa yang disebut pekerjaan mengarang. Orang yang merangkai dan menyusun kata, kalimat, dan
alinea tidak disebut perangkai, tetapi penyusun
atau pengarang untuk
membedakannya misalnya dengan perangkai bunga. Mengingat karangan tertulis juga
disebut tulisan, kemudian timbullah sebutan penulis untuk orang yang menulis
suatu karangan.
Sebenarnya mengarang tidak hanya dan tidak harus
tertulis. Seperti halnya berkomunikasi, kegiatan mengarang yang juga
menggunakan bahasa sebagai mediumnya dapat berlangsung secara lisan. Seseorang
yang berbicara, misalnya dalam sebuah diskusi atau berpidato secara serta-merta
(impromptu), otaknya terlebih dahulu
harus mengarang sebelum mulutnya berbicara. Pada saat berbicara, sang pembicara
itu sebetulnya “bekerja keras” mengorganisasikan isi pembicaraannya agar
teratur, terarah/terfokus, sambil memikir-mikirkan susunan kata, pilihan kata,
struktur kalimat; bahkan cara penyajiannya (misalnya deduktif atau induktif;
klimaks atau antiklimaks). Apa yang didengar atau ditangkap orang dari
penyajian lisan itu, itulah karangan lisan.
Bertalian dengan uraian di atas penulis berpendapat
bahwa mengarang adalah pekerjaan merangkai kata, kalimat, dan alinea untuk
menjabarkan dan atau mengulas topik dan tema tertentu guna memperoleh hasil
akhir berupa karangan (bandingkan dengan pekerjaan merangkai bunga dengan hasil
akhir berupa rangkaian bunga). Untuk bahan perbandingan, disini dikutipkan
pendapat Widyamartaya dan Sudiarti (1997:77). Menurut kedua penulis ini,
mengarang adalah “keseluruhan rangkaian kegiatan seseorang untuk mengungkapkan gagasan
dan penyampaikannya melalui bahasa tulis kepada pembaca untuk dipahami.”
2.2
Tujuan Mengarang
Tujuan utama menulis atau mengarang adalah sebagai
sarana komunikasi tidak langsung. Tujuan menulis banyak sekali ragamnya. Tujuan
menulis secara umum adalah memberikan arahan, menjelaskan sesuatu, menceritakan
kejadian, meringkaskan, dan menyakinkan (Semi, 2003:14-154). Menurut Syafie’ie
(1988:51-52), tujuan penulisan dapat diklasifikasikan sebagai berikut.
1) Mengubah keyakinan pembaca;
1) Mengubah keyakinan pembaca;
2) Menanamkan
pemahaman sesuatu terhadap pembaca;
3) Merangsang
proses berpikir pembaca;
4) Menyenangkan
atau menghibur pembaca;
5) Memberitahu
pembaca; dan
6) Memotivasi
pembaca.
2.3 Penggolongan
Karangan menurut Bobot Isinya
A.
Karangan Ilmiah, Seilmiah, dan Nonilmiah
Berdasarkan
bobot isinya, karangan dibagi menjadi tiga jenis, yaitu (1) karangan ilmiah,
(2) karangan seilmiah atau ilmiah popular, (3) karangan nonilmiah atau tidak
ilmiah. Contoh karangan yang tergolong sebagai karangan ilmiah antara lain
makalah, tesis, disertasi; yang tergolong sebagai karangan seilmiah antara lain
artikel, berita, editorial, feature,
laporan, opini, tip; dan yang tergolong sebagai karangan nonilmiah antara lain
anekdot, cerpen, dongeng, hikayat, naskah, drama, novel, puisi.
Ketiga
jenis karangan tersebut memiliki karakteristik yang berbeda. Karangan ilmiah
memiliki aturan baku dan sejumlah persyaratan khusus yang menyangkut metode dan
penggunaan bahasa. Kebalikan dari karangan ilmiah adalah karangan nonilmiah, yaitu
karangan yang tidak terikat pada aturan baku tadi; sedangkan karangan seilmiah.[1]
berada diantara keduanya.
PERBEDAAN
KARANGAN ILMIAH, SEMIILMIAH, NONILMIAH
Karakteristik
|
Karangan Ilmiah
|
Karangan Semiilmiah
|
Karangan Nonilmiah
|
Sumber
→
|
Pengamatan,
faktual
|
Pengamatan,
faktual
|
Nonfaktual
(rekaan)
|
Sifat→
|
Objektif
|
Objektif+subjektif
|
Subjektif
|
Bobot →
|
Ilmiah
|
Semiilmiah
|
Nonilmiah
|
Alur →
|
Sistematis,
Metodis
|
Sistematis,
kronologis, kilas balik (flashback)
|
Bebas
|
Bahasa
→
|
Denotatif, ragam baku, istilah khusus
|
(Denotatif+konotatif) semiformal
|
Denotatif/konotatif, semiformal/informal/istilah
umum/daerah
|
Bentuk →
|
Argumentasi, campuran
|
Eksposisi, persuasi, deskripsi, campuran
|
Narasi, deskripsi, campuran
|
|
|
|
|
|
|
|
|
B.
Ciri
Karangan Ilmiah dan Semiilmiah
Sebelum
merinci ciri karangan ilmiah dan semiilmiah , ada sebaiknya jika dipahami
terlebih dahulu batasan kedua jenis karangan tersebut. Karangan ilmiah adalah
tulian yang berisi argumentasi penalaran keilmuan yang dikomunikasikan lewat
bahasa tullis yang formal dengan sistematis-metodis, dan sintetis-analitis .
adapun karangan semiilmiah adalah tulian yng berisi informasi faktual yang
diungkapkan dengan bahasa semiformal, namun tidak sepenuhnya mengikuti metode
ilmiah yang sintesis-analitis karena sering “dibumbui” dengan opini pengarang yang
kadang-kadang subjektif.
Ada
tiga ciri karangan ilmiah. Pertama, karangan
ilmiah harus merupakan pembahasan suatu hasil penelitian (faktual objektif).
Faktual objektif berarti faktanya sesuai dengan objek yang diteliti. Kesesuaian
ini harus dibuktikan dengan pengamatan atau empiris. Objektif juga mengandung
penegertian adanya sikap jujur dan tidak memihak., serta memakai ukuran umum
dalam menilai sesuatu, bukan ukuran ynag subjektif (selera perseorangan).
Objektif tersebutlah yang membuat kebenaran ilmiah berlaku umum dan universal.
Dengan kata lain, kebenaran ilmiah harus dapat dibuktikan melalui eksperimen
bahwa dengan kondidi dan metode yang sama dapat dihasilakn kesimpulan yang sama
pula.
Berbeda
dengan tulsian ilmiah, sumber tulisan nonilmiah dapat berupa sesuatu yang
abstrak dan subjektif, seperti ilusi, imajinasi, atau emosi. Unsur objektif
tersebut itu pulalah yang yang membuat kebenaran tulisan noonilmiah sangat subjektif atau hanya berlaku
untuk orang tertentu saja (tidak umum).
Kedua, tulisa
ilmiah bersifat metodis dan sistematis. Artinya, dalam pembahasan masalah
digunakan metode atau cara tertentu dengan langakh-langkah yang teratur
(sistematis) dn terkontrol melalui proses pengidetifikasian masalah dan
penentuan strategi
Ketiga, dalam
pembahasan tulisan ilmiah menggunakan ragam bahasa ilmiah. Bahasa ilmiah harus
baku dan formal. Selain itu, bahsa ilmiah bersifat lugas gar tidak menimulkan
penafsiran dan makna ganda (ambigu). Ciri lain bahasa ilmiah adalah menggunakan
istilah spesifik yang berlaku khusus dalam disiplin ilmu masing-masing.
Betapa
perlunya menggunakan bahasa yang baik dalam penulsian, tidak usah diragukan lagi. Dalam hal ini, seorang pakar
penulis ilmiah, Jujun Suriasumantri (1986:58) berpesan secara khusus kepada
calon para penlis, sebagai berikut:
Penulis
ilmiah harus menggunakan bahasa yang baik dan benar. Sebuah kalimat yang tidak
bisa diidentifikasikan mana yang merupakan subjek dan mana yang merupakan
predikat serta hubungan apa yang terkait antara subjek dan predikat kemungkinan
besar akan merupakan informasi yang tidak jelas. Tata bahasa merupakan ekspresi
dari logika berfikir , tata bahasa yang tidak cermat merupakan logika yang
tidak cermat pula. Oelh sebab itu, langkah pertama dalam menulis karangan
ilmiah yang baik adalah menggunakan tata bahasa yang benar.
Pakar
lain, Surakhmat (1979:1) juga mengatakan, “bahasa adalah medium terpenting
didalam karangan”. Diingatkannya, apabila bahasa yang dipakai kurang cermat,
karangan bukan saja sukar dipahami, tetapi juga mudah menimbulkan salah
pengertian. “Bahasa karangan yang kacau menggambarkan kekacauan pikiran
pengarangnya”, tambahnya. Pendapat dua pakar tersebut kiranya cukup membuat
kita sadar akan perlunya menguasai keterampilan berbahasa tulis sebagai bekal
mengarang.
Selanjutnya
persyaratan kebahasaan, sebuah tulisan ilmiah menuntut adanya persyaratan
material dan persyaratan formal (Keraf 1980:229), persyaratan material mencakup
adanya aspek yang dibicarakan, ema yang menjadi tujuan atau sasaran penulisan,
alinea yang merangkaikan pokok-pkok pembicaraan, serta kalimat-kalimat yang
mengungkapkan dan mengembangkan pokok-pokok pembicaraan. Adapun yang dimaksud
dengan persyaratan formal adalah tata bentuk karangan.
Tata
bentuk karangan mencangkup tiga bagian karangan, yaitu (1) halaman-halaman awal
(preliminaries) yang melputi judul, kata pengantar, aneka daftar (daftar isi,
daftar tabel/bagan/lampiran), (2) isi utama yang meliputi pendahuluan, isi,
penutup, dan (3) halaman-halaman akhir (reference matter) yang melipui daftar
pustaka, lampiran, biodata penulis.
Dalam
karangan ilmiah populer, bagian preliminaries
tidak ada. Bagian awal karangan ilmiah populer langsung merupakan bagian isi.
Seperti halnya karangan ilmiah murni, karangan ilmiah populer boleh menggunakan
kutipan catatan kaki, dan daftar pustaka.
Untuk
menyajikan topik, seorang penulis akan menggunakan cara atau teknik tertentu
yang disesyuaikan dengan pokok bahasan dan tujuan yang hendak dicapainya.
Dengan kata lain, terdapat beberapa jenis karangan berdasarkan cara penyajian
dan tujuan penulis. Jika seseorang hendak menyampaikan sesuatu informasi berupa
berita, misalnya, ia akan menggunakan bentuk karangan tertentu, dan bentuk itu
akan berbeda jika ia hendak menyamaikan suatu himbauan yang bersifat menggugah
perasaan atau emosi.
2.4 Penggolongan Karangan Menurut Cara Penyajiannya dan Tujuan
Penulisannya.
Berdasarkan
cara penyajiannya dan tujuan penyampaiannya, karangan dapat dibedakan atas enam
jenis, yaitu:
(1) Deskripsi (pelukisan) (4) Argumentasi (pembahasan)
(2) Narasi (pengisahan) (5) Persuasi (pengajakan)
(3) Eksposisi (pemaparan) (6) Pampuran (kombinasi)
Dalam
praktiknya, karangan murni yang dapat berdiri sendiri sebagai karagan yang
lengkap adalah narasi, eksposisi, dan persuasi, sedangkan deskripsi dan
argumentasi sering dipakai untuk melengkapi atau menjadi bagian dari karangan
lain. Contoh narasi yang berdiri sendiri adalah hikayat atau kish. Contoh
karangan eksposisi yag berdiri sendiri sangat banyak jumlahnya. Berita-berita
dalam surat kabar adalah contoh eksposisi. Adapun contoh karangan persuasi yang
utuh adalah iklan atau lembar promosi lainnya seperti pamflet, brosur, dan advertorial.
Dalam
karagan ilmiah banyak ditemukan bentuk karangan kombinasi. Karangan ilmiah yang
umumnya berupa argumentasi atau eksposisi itu sering ditunjng oleh deskripsi
sehingga wujud karangan ilmiah itu merupakan campuran dari dua atau tiga jenis
karangan. Kondisi itu dapat diterima asalkan penulisnya memperhatikan keharusan
adanya porsi yang lebih besar yang mendominasi karangan ilmiah, yaitu
argumentasi.
Dari
uraian diatas dapat ditarik simpulan sementara, yaitu ada tiga jenis karangan
(narasi, eksposisi, dan persuasi) yang sering ditemukan sebagai karangan yang
utuh berdiri sendiri. Dua jenis yang lain (deskripsi dan argumentasi) jarang
tampil sebagai karangan yang utuh. Kedua bentuk ini sering merupakan bagian
dari karangn lain. Karangan ilmiah pada umumnya berbentuk argumentasi dengan
bantuan deskripsi sebagai pendukung.
Keahlian
memadukan beberapa jenis karang tentu tidak diperoleh dengan gampang. Latihan
yang intensif dan terus-menerus merupakan syarat mutlak. Satu hal lagi pedoman
yang perlu diikuti oleh calon penulis adalah keharusan mengetahui ciri setiap
jenis karangan sebelum mencoba mengkombinasikannya.
1. KARANGAN DESKRIPTIF
Deskripsi
dipungut dari bahasa inggris description yang
tentu saja berhubungan dengan kata kerjanya to
describe (melukiskan dengan bahasa).
Seorang guru anatomi yang piawai akan mampu memerikan atau mendreskripsikan
bagian-bagian tubuh manusia kepada murid-muridnya sehingga dalam benak muridnya
bagian tubuh itu tervisualisasikan seperti keadaan yang sebenarnya. Itulah
salah satu contoh deskripsi.
Uraian di atas mengandung pengertian bahwa karangan
deskripsi merupakan karangan yang lebih menonjolkan aspek pelukisan sebuah
benda sebagaimana adanya. Hal ini sesuai degan asal katanya describere (bahas latin) yang berarti
‘menulis tentang, membeberkan (memberikan)
suatu
hal, melukiskan suatu hal’.
Penggambaran
sesuatu dalam deskripsi memerlukan kecermatan pengamatan dan ketelitian. Hasil
pengamatan itu kemudian dituangkan oleh penulis dengan menggunakan kata-kata
yang kaya akan nuansa dan bentuk. Dengan kata lain, penulis harus penulis harus
sanggup mengembangkan suatu objek melalui rangkaian kata-kata yang penuh arti
dan kekuatan sehingga pembaca dapat menerimanya seolah-olah melihat, mendengar,
merasakan, menikmati sendiri objek itu.
Seorang
penulis deskripsi harus memiliki kata yang tepat sesuai gambaran objek yang sebenarnya
sehingga melahirkan imajinasi yang hidup dan segar tentang ciri-ciri,
sifat-sifat atau hakikat dari objek yang diseskripsikan itu. Tulisan deskripsi
dimaksudkan untuk menciptakan sebuah pengalaman pada diri pembaca dan memberi
identitas atau memberi informasi mengenai objek tertentu sehingga pembaca dapat
mengenalnya bila bertemu atau behrhadapan dengan objek tadi.
Berdasarkan
pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan deskripsi adalah
bentuk tulisan yang bertujuan memperluas pengetahuan dan pengalaman pembaca
dengan jalan melukiskan hakikat objek yang sebenarnya. Dalam tulisan deskripsi
penulis tidak boleh mencampur adukkan keadaan yang sebenarnya dengan
interpretasinya sendiri.
Supaya
karangan sesuai dengan tujuan penulisannya, diperluka suatu pendekatan.
Pendekatan adalah cara penulis meneropong atau melihat sesuatu yang akan
dituliskan. Penulis perlu mengambil sikap tertentu untuk dapat memperoleh
gambaran tentang suatju objek yang ditulis. Pendekatan nyang dimaksud adalah
pendekatan realistis dan pendekatan impresionistis.
1)
Pendekatan Realistis
Dalam
pendekatan realistis penulis dituntut memotret hal/benda seobjektif mungkin
sesuai dengan keadaan yng dilihatnya. Ia bersikap seperti sebuah kamera yang
mampu membuat detail-detail, rinci-rincian, secara orisinil, tidak dibuat-buat,
dan harus dirasakan oleh pembaca sebagai sesuatu yang wajar. Perhatikan kutipan
dibawah ini sebagai contoh.
Predikat
IDT (Inpres Desa tertinggal) bagi desa Tunggulturus, Tulungagug, hampir lenyap
sama sekali. Rumah warga yang dulunya berdinding anyaman bambu, kini hanya
berjumlah hitungan jari. Yang ada kini rumah tembok bercorak modern, beton
berukir dan berjendela kaca riben. Diatas gentig berwarna-warni terpancang
antena televisi bahkan parabola. Rumah-rumah disana rata-rata berlantai keramik
dan kamar mandinyapun tak lagi beratapkan langit. (Disunting dari “potret Desa Pemasok TKI di Tulungagung”, Arif Purbadi,
Media Indonesia, 12 Agustus 2002)
2)
Pendekatan Impresionistis
Impresionistis
adalah pendekatan yang berusaha menggambarkan secara subjektif. Dengan
pendekatan ini dimaksudkan agar setiap penulis bebas dalam memberi pandangan
atau interpretasi terhadap bagian-bagian yang dilihat, dirasakan, atau
dinikmatinya. Hal ini sesuai dengan sikap seorang seniman atau sastrawan yang
dengan kepekaannya mampu mengekspresikan peristiwa yang dijumpainya.
2.
KARANGAN NARASI
Karangan narasi
(berasal narration = bercerita)
adalah suatu tulisan yang berusaha menciptakan, merangkaikan tindak-tanduk
perbuatan manusia dalam sebuah peristiwa secara kronologis atau yang
berlangsung dalam kesatuan waktu.
Seperti halnya karagan
deskripsi, karangan narasi memiliki dua macam sifat, yaitu (1) narasi
ekspositoris/narasi faktual, dan (2) narasi sugesti/ narasi berplot. Marasi
yang hanya bertujuan untukmemberi informasi kepada pembaca agar pengetahuannya
bertambah luas disebut narasi ekspositoris. Sedangakan narasi yang mampu
menimbulkan daya khayal, disebut narasi sugestif. Contoh narasi sugestif adalah
novel dan cerpen, sedangkan contoh narasi ekspositoris adalah kisah perjalanan,
otobiografi, kisah perampokan, dan cerita cerita tentang pembunuhan. Kutipan
dibawah ini adalah contoh karangan ekspositoris atau narasi faktual yaitu Khalil Gibran.
3.
KARANGAN EKSPOSISI
Karangan eksposisi yang
dipungut dari kata bahasa inggris exposision sebenarnya berasal dari kata
bahasa latin yang berarti ‘membuka atau memulai’, krangan eksposisin merupakan
wacana yang bertujuan untuk memberi tahu, mengupas, menguraikan atau
menerangkan sesuatu.
Dalam karangan
eksposisi, masalah yang dkomunikasikan terutama adalah pemberitahuan atau
informasi. Hasil karangan eksposisi yang berupa informasi dapat kita baca
sehari-hari didalam media massa. Melalui media massa berita di expose atau
dipaparkan dengan tujuan memperluas pandangan atau pengetahuan pembaca. Pembaca
tidak dipaksa untuk menerima pendapat penulis, tetapi pembaca sekedar diberi
tahu bahwa ada orang yang berpendapat demikian. Karena jenis karangannya
bersifat memaparkan sesuatu, eksposisi juga dapat disebut karangan paparan.
Sebagai contoh marilah kita simak kutipan karangan dibawah ini.
Contoh
(1) karangan eksposisi berbentuk opini
yaitu Ketika Kita Kehilangan Etika.
4. KARANGAN
ARGUMENTASI
Tujuan karangan
argumetasi adalah untuk meyakinkan pembaca agar menerima atau mengambil suatu
doktrin, sikap, dan tingkah laku tertentu. Syarat utama untuk menulis karangan
argumentasi adalah penulisnya harus terampil dalam bernalar dan menyusun ide
yang logis.
Karangan argumentasi
memiliki ciri:
1. Memiliki
alasasan atau bantahan sedemikian rupa dengan tujuan mempengaruhi keyakinan
pembaca agar menyetujuinya.
2. Mengusahakan
pemecahan suatu masalah; dan
3. Mendiskusikan
suatu persoalan tanpa perlu mencapai sat penyelesaian.
5. KARANGAN
PERSUASI
Dalam bahasa inggris
kata to persuade berarti ‘membujuk’
atau ‘meyakinkan’ bentuk nominannya adalah persuation
yang kemudian menjadi kata pungut indonesia persuasi.
Karangan persuasi
adalah karangan yang bertujuan membuat pembaca percaya, yakin, dan terbujuk
akan hal-hal yang dikomunikasikan yang mungkin berupa fakta, suatu pendirian
umum, suatu pendapat/gagasan ataupun perasaan seseorang. Dalam karangan
persuasi, fakta-fakta yang relevan dan jelas harus diuraikan sedemikian rupa
sehingga kesimpulannya dapat diterima secara meyakinkan. Disamping itu dalam
menulis karangan persuasi harus pula dipehatikan penggunaan diksi yang
berpengaruh kuat terhadap emosi atau perasaan orang lain.
Dalam uraian dibawah
ini di sajikan macam-macam persuasi ditinjau dari segi pemakaiannya, dari segi
ini, karnagn persuasi di diolongkan menjadi empat macam, yaitu: (1) persuasi
politik, (2) persuasi pendidikan, (3) persuasi advertensi, (4) dan persuasi
propaganda.
A. Persuasi
Politik
Sesuai dengan namanya,
persuasi politik dipakai dalam bidang politik oleh orang-orang yang
berkecimpung dalam bidang politik dan kenegaraan. Para ahli politik dan
kenegaraan sering menggunakan persuasi jenis ini untuk keperluan politik dan
negaranya.
B. Persuasi
Pendidikan
Persuai pendidikan
dipakai oleh orang-orang yang berkecimpung dalam bidang pendidikan dan
digunakan untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan. Seorang guru, msalnya bisa
menggunakan persuasi itu untuk mempengaruhi anak didiknya supaya mereka giat
belajar, senang membca, dan lain-lain. Seorang motivator dan inovator pendidikan
bisa memanfaatkan persusasi pendidikan degan menampilkan konsep-konsep baru
pendidikan untuk bisa dilaksanakan oleh pelaksana pendidikan.
C. Persuasi
Advertensi/Iklan
Persuasi iklan
dimanfaatkan terutama dalam dunia usaha untuk memperkenalkan suatu barang atau
bentuk jasa tertentu. Lewat persuasi iklan ini diharapkan pembaca atau
pendengar menjadi kenal, senang, ingin memiliki, berusaha untuk memiliki barang
atau memakai jas yang ditawarkan. Oleh karena itu, advertensi diberi predikat
jalur komunikasi antara pabrik dan penyalur, pemilikbarang dan publik sebagai
konsumen. Iklan itu beraneka ragam, ada yang sangat pendek, dan ada pula yang panjang.
Persuasi iklan yang
baik adalah, persuasi yang mampu dan berhasil merangsang konsumen membeli
membeli barang yang ditwarkan. Sebaliknya, persuasi itu tergolong
sebagaipersuasi yang kurang baik, apabila tidak berhasil merangsang konsumen
untuk membeli barang yang diiklankan.
D. Persuasi
Propaganda
Objek yang disampaikan
dalam persuasi propaganda adalah informasi. Tentunya tujuan persuasi propaganda
tidak hanya berhenti pada penyebaran informasi saja. Lebih dari itu, dengan
informasi diharapkan pembaca atau pendengar mau dan sadar untuk berbuat
sesuatu.
Persuasi propaganda
sering dipakai dalam kegiatan kampanye. Isi kampanye biasanya berupa informasi
dan ajakan. Tujuan akhir dari kampanye adalah agar pembaca dan pendengar
menuruti isi ajakan kamoanye tersebut. Pembuatan informasi tentang seseorang
yang mengidap penyakit jantung yang disertai ajakan pengumpulan dana untuk
pengobatannya, atau selembaran yang beirisiinformasi tentang situasi tertentu
yang diserai ajakan berbuat sesuatu adalah contoh persuasi propaganda.
Perhatikanlah kutipan karangan persuasi propaganda dibawah ini:
Memilah Sampah
Sampah yang setiap hari
dibuang, sebenarnya bisa disederhnkn menjadi dua amcam sampah, yaitu sampah
organik yang mudah membusuk dan sampah anorganik atau yang sulit membusuk.
Sampah organikya misalnya dari sisa-sisa makanan atau sampah dapur yang
biasanya basah dan daun-daun yang dari kotak sampah yang sulit membusuk atau
tidak bisa membusuk, antara lain plastik, kaca atau gels, logam, karet atau
kulit imitasi, kayu besar, dan kain.
Kalau sekarang setiap
rumah hanya ada satu tempat sambah, berarti harus disediakan dua jenis tempat
sampah yang berdekatan letaknya. Satu tempat sampah khusus sampah yang organik
yng biasanya basah dan tempat lainnya khusus tempat sampah yang tidak bisa
membusuk.
Jika dua jenis sampah
itu sudah terkumpul, apa yang harus dilakukan? Sampah organik yang tidak bisa
membusuk sebaiknya jangan dibuang digerobak sampah atau ditempat pembuangan
sementara. Jiaka ada halaman yang cukup luas, kira-kira 3m × 3m, sampah organik
bisa dikubur. Semua sampah yang tidak bisa membusuk bisa dikumpulkan
bersama-sama di tingkat Rukun Tetangga. Jangan takut smapah-sampah itu kemudian
akan menggunung. Sampah-sampah plastik, logam, kertas, kaca, selalu dicari-cari
oleh pemulung. Pengurus RT bisa mengorganisasi pembagian sampah yang berguna
kepada pemulung yang jumlahnya puluhan ribu dijakarta. Semua sampah itu masih
berguna bagi pemulung dan masih bisa medatangkan uang bagi mereka. Volume
sampah sudah dikurangi haya tinggal 10 persen saja.
Terbukt,
sebenarnya daur ulang juga tidak mampu mengurangi sampah yang akan menumpuk
dipembuangan akhir.
6.
KARANGAN CAMPURAN
Selain
merupakan karangan murni, misalnya eksposisi atau persuasi, sering ditemukan
karangan campuran atau kombinasi. Isinya dapat merupakan gabungan eksposisi
dengan deksripsi, atau eksposisi dengan argumentasi. Dalam wacana yang lain
sering kita temukan narasi berperan sebagai ilustrasi bagi eksposisi atau
persuasi. Untuk lebih jelasnya, perhatikan contoh berikut ini:
Berbagai
cara menuru nkan berat badan say coba tanpa hasil. Sehingga pada akhirnya saya
membaca iklan Impression diharian Kompas, Minggu 7 November 1933. Saya seperti
mendapat firasat, inilah progam yang tepat.
(narasi)
Dalam
waktu kurang dari sebulan, berat badan saya telah berkurang 5 kg. Waktu hal ini
saya kabarkan pada puteri saya, Maya, itulah yang saya maksudkan, Mama, disini
(maksudnya Amerika) juga banyak pengikut program tersebut yang berhasil. (eksposisi)
Selama
mengikuti program Impression, saya tidak mengalami kesulitan, tidak merasa lapar, tidak ada suntikan,
tidak ada efek sampingan, sangat mudah dan meyenangkan. (persuasi)
Bagi
saya saat ini terasa begitu cria, muka berseri, tubuh enteng, baju-baju lama
dapat dipakai kembali, bahkan banyak teman-teman yang jadi pangling akan
penampilan saya. (persuasi)
Tetapi,
penampilan bukan tujuan utama saya dalam usia hampir setengah abad ini. Program
Impression ternyata memulihkan kesehatan saya, tekanan darah saya menjadi
normal, kadar gula da kolestrol normal, pokonya semua terasa segar dan ringan. (persuasi)
Ny. Lusia Sutanto, seorang figur tokoh pendidikan dan
wiraswasta yang sukses, ibu dari tiga orang putra-putri, pembimbing sekitar
10.000 siswa dari bimbingan belajar, pendidikan computer & akuntansi,
bahasa inggris, sekretaris, program pendidikan Magister Management (M.M.),
mendapat predikat sebagai Kharisma Puteri Kabaya Kartini ’94 dan Citra
Eksekutif Indonesia 1994 setelah mengikuti program Impression. (eksposisi)
Paragraf Karangan
1. Paragraf Pembuka
Paragraf ini merupakan pembuka atau pengantar untuk sampai pada segala
pembicaraan yang akan menyusul kemudian di dalam sebuah karangan. Sebagai
pengantar, paragraf pembuka ini harus benar-benar menarik, kadangkala diawali
dengan sebuah sitiran dari pendapat tokoh tertentu. Maksudnya adalah untuk
memikat dan memusatkan perhatian dari para pembacanya. Berikut ini disajikan
beberapa tips untuk menarik pembaca dalam paragraf pembuka.
ü Menyampaikan berita hangat.
ü Menyampaikan anekdot.
ü Memberikan latar belakang dengan suasana yang pas.
ü Memberikan contoh konkret berkenaan dengan pokok
pembicaraan.
ü Mengawali karangan dengan suatu pernyataan yang tegas.
ü Menyentak pembaca dengan pertanyaan tajam.
ü Menyentak pembaca dengan perbandingan yang kontras.
ü Mengungkapkan isu misteri yang belum terungkap.
ü Mengungkapkan peristiwa luar biasa.
2. Paragraf Pengembang
Paragraf ini mengembangkan ide pokok pembicaraan yang sudah dirancang.
Paragraf ini mengemukakan inti persoalan di dalam sebuah karangan. Jumlah
paragraf pengembang ini tidak ada batasan. Yang menjadi ukuran atau pembatas
adalah ketuntasan pengungkapan pikiran/gagasan karangan secara keseluruhan.
ü Menguraikan, mendreskripsikan, membandingkan,
mengkontraskan, menjelaskan, memaparkan, menceritakan ide pokok karangan.
ü Menolak konsep tertentu untuk menopang ide pokok
karangan: alasan, argumentasi, contoh, rincian, dukungan.
ü Mendukung konsep tertentu untuk menopang ide pokok
karangan: alasan, argumentasi, contoh, rincian, dukungan.
3. Paragraf Penutup
Paragraf penutup ini merupakan kesimpulan pembicaraan yang telah
dipaparkan pada bagian-bagian sebelumnya. Paragraf penutup mungkin hanya
merupakan sebuah rangkuman, atau mungkin juga sebuah penegasan ulang dari
hal-hal pokok yang disampaikan pada paragraf-paragraf sebelumnya.
Kalimat-kalimat reflektif, pertanyaan-pertanyaan retoris sering kali dipakai
untuk mengakhiri paragraf penutup untuk meningkatkan bekas-bekas akhir yang
tidak mudah dilupakan dan menuntut pemikiran lanjutan. Berikut ini beberapa
tips untuk membuat kesan kuat tentang paragraf penutup.
ü Menegaskan kembali ide pokok karangan dengan
menggunakan kata-kata yang berbeda.
ü Meringkas atau merangkum hal-hal penting yang telah
disampaikan dalam karangan.
ü Memberikan kesimpulan, saran, dan/proyeksi ke depan.
ü Memberikan pertanyaan reflektif dan/atau pertanyaan
retoris yang tidak menuntut jawaban sekarang.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Setelah dibahas dalam bab sebelumnya akhirnya
penulis dapat menarik kesimpulan bahwa Karangan adalah suatu karya tulis hasil dari kegiatan seseorang untuk
mengungkapkan gagasan dan menyampaikanya melalui bahasa tulis kepada pembaca untuk
dipahami. Lima jenis karangan yang umum dijumpai dalam keseharian adalah
narasi, deskripsi, eksposisi, argumentasi, dan persuasi.
.Jadi jika kita ingin membuat suatu karangan yang
sistematis, logis, jelas, terstruktur, dan teratur maka sebelum pembuatan
karangan itu harus terlebih dulu kita membuat sebuah kerangka karangan agar
pada karangan tersebut menjadi terarah dan tidak keluar dari topik atau
tema yang dituju.
3.2 Saran
Dalam pembuatan karangan haruslah di buat suatu
kerangka karangan agar mendapatkan suatu hasil karangan yang sistematis, logis,
jelas, terstruktur dan teratur tentunya akan menghasilkan suatu karangan
yang berkualitas.
DAFTAR PUSTAKA
Lamudin Finoza. 2010. Komposisi
Bahasa Indonesia. Jakarta: DIKSI
Kunjana Rihardi. 2009. Penyuntingan
BAHASA INDONESIA untuk Karang-Mengarang. Yogyakarta: Penerbit Erlangga
[1] Beberapa
karangan seilmiah seperti artikel, laporan, opini dapat menjadi karangan ilmiah
bila memenuhi criteria karangan ilmiah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar