Senin, 26 Desember 2016

MAKALAH PENULISAN KARANGAN

MAKALAH
PENULISAN KARANGAN

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sebagai bagian dari kegiatan berbahasa, menulis berkaitan erat dengan aktivitas berpikir. Keduanya saling melengkapi. Menurut Syafie’ie (1988:42), secara psikologis menulis memerlukan kerja otak, kesabaran pikiran, kehalusan perasan, kemauan yang keras. Menulis dan berpikir merupakan dua kegiatan yang dilakukan secara bersama dan berulang-ulang. Dengan kata lain, tulisan adalah wadah yang sekaligus merupakan hasil pemikiran. Melalui kegiatan menulis, penulis dapat mengkomunikasikan pikirannya. Melalui kegiatan berpikir, penulis dapat meningkatkan kemampuannya dalam menulis.
Mengemukakan gagasan secara tertulis tidaklah mudah. di samping dituntut kemampuan berpikir yang memadai, juga dituntut berbagai aspek terkait lainnya, misalnya penguasaan materi tulisan, pengetahuan bahasa tulis, dan motivasi yang kuat. Untuk menghasilkan tulisan yang baik, setiap penulis hendaknya memiliki tiga keterampilan dasar dalam menulis, yaitu keterampilan berbahasa, keterampilan penyajian, dan keterampilan pewajahan. Ketiga keterampilan ini harus saling menunjang atau isi-mengisi. Kegagalan dalam salah satu komponen dapat mengakibatkan gangguan dalam menuangkan ide secara tertulis.
Karangan adalah suatu karya tulis hasil dari kegiatan seseorang untuk mengungkapkan gagasan dan menyampaikanya melalui bahasa tulis kepada pembaca untuk dipahami. Lima jenis karangan yang umum dijumpai dalam keseharian adalah narasi, deskripsi, eksposisi, argumentasi, dan persuasi.

1.2  Rumusan Masalah
a.       Apa yang dimaksud dengan karangan?
b.      Bagaimana teknik pembuatan karangan berdasarkan kriteria dan teknik penulisannya?
c.       Bagaimana penggolongan karangan menurut bobot isinya?
1.3   Tujuan
a.       Agar mahasiswa mengetahui pengertian karangan.
b.      Agar mahasiswa memahami proses pembuatan karangan berdasarkan kriteria dan teknik penulisannya.
c.       Agar mahasiswa dapat mengetahui jenis - jenis karangan.



BAB II
PEMBAHASAN
2.1     Pengertian Mengarang dan Karangan
Sebelum merumuskan pengertian karangan, perlu dipahami terlebih dahulu makna kata mengarang, sebab dari kegiatan yang disebut mengarang itulah dihasilkan suatu karangan. Mengarang berarti ‘menyusun’ atau ‘merangkai’. Karangan bunga adalah hasil dari pekerjaan menyusun/merangkai bunga. Rangkaian bunga adalah hasil dari kegiatan merangkai bunga. Tanpa adaorang yang merangkai melati, misalnya, tidak aka nada rangkaian melati.
Pada awalnya kata merangkai tidak berkaitan dengan kegiatan menulis. Cakupan makna kata merangkai mula-mula terbatas pada pekerjaan yang berhubungan dengan benda konkret seperti merangkai bunga atau merangkai benda lain. Sejalan dengan kemajuan komunikasi dan bahasa, lama-kelamaan timbul istilah merangkai kata. Lalu berlanjut dengan istilah merangkai kalimat; kemudian jadilah apa yang disebut pekerjaan mengarang. Orang yang merangkai dan menyusun kata, kalimat, dan alinea tidak disebut perangkai, tetapi penyusun atau pengarang untuk membedakannya misalnya dengan perangkai bunga. Mengingat karangan tertulis juga disebut tulisan, kemudian timbullah sebutan penulis untuk orang yang menulis suatu karangan.
Sebenarnya mengarang tidak hanya dan tidak harus tertulis. Seperti halnya berkomunikasi, kegiatan mengarang yang juga menggunakan bahasa sebagai mediumnya dapat berlangsung secara lisan. Seseorang yang berbicara, misalnya dalam sebuah diskusi atau berpidato secara serta-merta (impromptu), otaknya terlebih dahulu harus mengarang sebelum mulutnya berbicara. Pada saat berbicara, sang pembicara itu sebetulnya “bekerja keras” mengorganisasikan isi pembicaraannya agar teratur, terarah/terfokus, sambil memikir-mikirkan susunan kata, pilihan kata, struktur kalimat; bahkan cara penyajiannya (misalnya deduktif atau induktif; klimaks atau antiklimaks). Apa yang didengar atau ditangkap orang dari penyajian lisan itu, itulah karangan lisan.
Bertalian dengan uraian di atas penulis berpendapat bahwa mengarang adalah pekerjaan merangkai kata, kalimat, dan alinea untuk menjabarkan dan atau mengulas topik dan tema tertentu guna memperoleh hasil akhir berupa karangan (bandingkan dengan pekerjaan merangkai bunga dengan hasil akhir berupa rangkaian bunga). Untuk bahan perbandingan, disini dikutipkan pendapat Widyamartaya dan Sudiarti (1997:77). Menurut kedua penulis ini, mengarang adalah “keseluruhan rangkaian kegiatan seseorang untuk mengungkapkan gagasan dan penyampaikannya melalui bahasa tulis kepada pembaca untuk dipahami.”
2.2 Tujuan Mengarang
Tujuan utama menulis atau mengarang adalah sebagai sarana komunikasi tidak langsung. Tujuan menulis banyak sekali ragamnya. Tujuan menulis secara umum adalah memberikan arahan, menjelaskan sesuatu, menceritakan kejadian, meringkaskan, dan menyakinkan (Semi, 2003:14-154). Menurut Syafie’ie (1988:51-52), tujuan penulisan dapat diklasifikasikan sebagai berikut.
1)  Mengubah keyakinan pembaca;
2)  Menanamkan pemahaman sesuatu terhadap pembaca;
3)  Merangsang proses berpikir pembaca;
4)  Menyenangkan atau menghibur pembaca;
5)  Memberitahu pembaca; dan           
6)  Memotivasi pembaca.
2.3 Penggolongan Karangan menurut Bobot Isinya
A. Karangan Ilmiah, Seilmiah, dan Nonilmiah
Berdasarkan bobot isinya, karangan dibagi menjadi tiga jenis, yaitu (1) karangan ilmiah, (2) karangan seilmiah atau ilmiah popular, (3) karangan nonilmiah atau tidak ilmiah. Contoh karangan yang tergolong sebagai karangan ilmiah antara lain makalah, tesis, disertasi; yang tergolong sebagai karangan seilmiah antara lain artikel, berita, editorial, feature, laporan, opini, tip; dan yang tergolong sebagai karangan nonilmiah antara lain anekdot, cerpen, dongeng, hikayat, naskah, drama, novel, puisi.
Ketiga jenis karangan tersebut memiliki karakteristik yang berbeda. Karangan ilmiah memiliki aturan baku dan sejumlah persyaratan khusus yang menyangkut metode dan penggunaan bahasa. Kebalikan dari karangan ilmiah adalah karangan nonilmiah, yaitu karangan yang tidak terikat pada aturan baku tadi; sedangkan karangan seilmiah.[1] berada diantara keduanya.
PERBEDAAN KARANGAN ILMIAH, SEMIILMIAH, NONILMIAH

Karakteristik

Karangan Ilmiah

Karangan Semiilmiah

Karangan Nonilmiah

Sumber →

Pengamatan, faktual

Pengamatan, faktual

Nonfaktual (rekaan)

Sifat→

Objektif

Objektif+subjektif

Subjektif

Bobot 

Ilmiah

Semiilmiah

Nonilmiah

Alur

Sistematis, Metodis

Sistematis, kronologis, kilas balik (flashback)

Bebas

Bahasa →

Denotatif, ragam baku, istilah khusus

(Denotatif+konotatif) semiformal
Denotatif/konotatif, semiformal/informal/istilah umum/daerah
Bentuk
Argumentasi, campuran
Eksposisi, persuasi, deskripsi, campuran
Narasi, deskripsi, campuran









B. Ciri Karangan Ilmiah dan Semiilmiah
Sebelum merinci ciri karangan ilmiah dan semiilmiah , ada sebaiknya jika dipahami terlebih dahulu batasan kedua jenis karangan tersebut. Karangan ilmiah adalah tulian yang berisi argumentasi penalaran keilmuan yang dikomunikasikan lewat bahasa tullis yang formal dengan sistematis-metodis, dan sintetis-analitis . adapun karangan semiilmiah adalah tulian yng berisi informasi faktual yang diungkapkan dengan bahasa semiformal, namun tidak sepenuhnya mengikuti metode ilmiah yang sintesis-analitis karena sering “dibumbui” dengan opini pengarang yang kadang-kadang subjektif.
Ada tiga ciri karangan ilmiah. Pertama, karangan ilmiah harus merupakan pembahasan suatu hasil penelitian (faktual objektif). Faktual objektif berarti faktanya sesuai dengan objek yang diteliti. Kesesuaian ini harus dibuktikan dengan pengamatan atau empiris. Objektif juga mengandung penegertian adanya sikap jujur dan tidak memihak., serta memakai ukuran umum dalam menilai sesuatu, bukan ukuran ynag subjektif (selera perseorangan). Objektif tersebutlah yang membuat kebenaran ilmiah berlaku umum dan universal. Dengan kata lain, kebenaran ilmiah harus dapat dibuktikan melalui eksperimen bahwa dengan kondidi dan metode yang sama dapat dihasilakn kesimpulan yang sama pula.
Berbeda dengan tulsian ilmiah, sumber tulisan nonilmiah dapat berupa sesuatu yang abstrak dan subjektif, seperti ilusi, imajinasi, atau emosi. Unsur objektif tersebut itu pulalah yang yang membuat kebenaran tulisan  noonilmiah sangat subjektif atau hanya berlaku untuk orang tertentu saja (tidak umum).
Kedua, tulisa ilmiah bersifat metodis dan sistematis. Artinya, dalam pembahasan masalah digunakan metode atau cara tertentu dengan langakh-langkah yang teratur (sistematis) dn terkontrol melalui proses pengidetifikasian masalah dan penentuan strategi
Ketiga, dalam pembahasan tulisan ilmiah menggunakan ragam bahasa ilmiah. Bahasa ilmiah harus baku dan formal. Selain itu, bahsa ilmiah bersifat lugas gar tidak menimulkan penafsiran dan makna ganda (ambigu). Ciri lain bahasa ilmiah adalah menggunakan istilah spesifik yang berlaku khusus dalam disiplin ilmu masing-masing.
Betapa perlunya menggunakan bahasa yang baik dalam penulsian, tidak usah  diragukan lagi. Dalam hal ini, seorang pakar penulis ilmiah, Jujun Suriasumantri (1986:58) berpesan secara khusus kepada calon para penlis, sebagai berikut:
Penulis ilmiah harus menggunakan bahasa yang baik dan benar. Sebuah kalimat yang tidak bisa diidentifikasikan mana yang merupakan subjek dan mana yang merupakan predikat serta hubungan apa yang terkait antara subjek dan predikat kemungkinan besar akan merupakan informasi yang tidak jelas. Tata bahasa merupakan ekspresi dari logika berfikir , tata bahasa yang tidak cermat merupakan logika yang tidak cermat pula. Oelh sebab itu, langkah pertama dalam menulis karangan ilmiah yang baik adalah menggunakan tata bahasa yang benar.
Pakar lain, Surakhmat (1979:1) juga mengatakan, “bahasa adalah medium terpenting didalam karangan”. Diingatkannya, apabila bahasa yang dipakai kurang cermat, karangan bukan saja sukar dipahami, tetapi juga mudah menimbulkan salah pengertian. “Bahasa karangan yang kacau menggambarkan kekacauan pikiran pengarangnya”, tambahnya. Pendapat dua pakar tersebut kiranya cukup membuat kita sadar akan perlunya menguasai keterampilan berbahasa tulis sebagai bekal mengarang.
Selanjutnya persyaratan kebahasaan, sebuah tulisan ilmiah menuntut adanya persyaratan material dan persyaratan formal (Keraf 1980:229), persyaratan material mencakup adanya aspek yang dibicarakan, ema yang menjadi tujuan atau sasaran penulisan, alinea yang merangkaikan pokok-pkok pembicaraan, serta kalimat-kalimat yang mengungkapkan dan mengembangkan pokok-pokok pembicaraan. Adapun yang dimaksud dengan persyaratan formal adalah tata bentuk karangan.
Tata bentuk karangan mencangkup tiga bagian karangan, yaitu (1) halaman-halaman awal (preliminaries) yang melputi judul, kata pengantar, aneka daftar (daftar isi, daftar tabel/bagan/lampiran), (2) isi utama yang meliputi pendahuluan, isi, penutup, dan (3) halaman-halaman akhir (reference matter) yang melipui daftar pustaka, lampiran, biodata penulis.
Dalam karangan ilmiah populer, bagian preliminaries tidak ada. Bagian awal karangan ilmiah populer langsung merupakan bagian isi. Seperti halnya karangan ilmiah murni, karangan ilmiah populer boleh menggunakan kutipan catatan kaki, dan daftar pustaka.
Untuk menyajikan topik, seorang penulis akan menggunakan cara atau teknik tertentu yang disesyuaikan dengan pokok bahasan dan tujuan yang hendak dicapainya. Dengan kata lain, terdapat beberapa jenis karangan berdasarkan cara penyajian dan tujuan penulis. Jika seseorang hendak menyampaikan sesuatu informasi berupa berita, misalnya, ia akan menggunakan bentuk karangan tertentu, dan bentuk itu akan berbeda jika ia hendak menyamaikan suatu himbauan yang bersifat menggugah perasaan atau emosi.
2.4 Penggolongan Karangan Menurut Cara Penyajiannya dan Tujuan Penulisannya.
Berdasarkan cara penyajiannya dan tujuan penyampaiannya, karangan dapat dibedakan atas enam jenis, yaitu:
(1)   Deskripsi (pelukisan)                        (4) Argumentasi (pembahasan)
(2)   Narasi (pengisahan)                          (5) Persuasi (pengajakan)
(3)   Eksposisi (pemaparan)                     (6) Pampuran (kombinasi)
Dalam praktiknya, karangan murni yang dapat berdiri sendiri sebagai karagan yang lengkap adalah narasi, eksposisi, dan persuasi, sedangkan deskripsi dan argumentasi sering dipakai untuk melengkapi atau menjadi bagian dari karangan lain. Contoh narasi yang berdiri sendiri adalah hikayat atau kish. Contoh karangan eksposisi yag berdiri sendiri sangat banyak jumlahnya. Berita-berita dalam surat kabar adalah contoh eksposisi. Adapun contoh karangan persuasi yang utuh adalah iklan atau lembar promosi lainnya seperti pamflet, brosur, dan advertorial.
Dalam karagan ilmiah banyak ditemukan bentuk karangan kombinasi. Karangan ilmiah yang umumnya berupa argumentasi atau eksposisi itu sering ditunjng oleh deskripsi sehingga wujud karangan ilmiah itu merupakan campuran dari dua atau tiga jenis karangan. Kondisi itu dapat diterima asalkan penulisnya memperhatikan keharusan adanya porsi yang lebih besar yang mendominasi karangan ilmiah, yaitu argumentasi.
Dari uraian diatas dapat ditarik simpulan sementara, yaitu ada tiga jenis karangan (narasi, eksposisi, dan persuasi) yang sering ditemukan sebagai karangan yang utuh berdiri sendiri. Dua jenis yang lain (deskripsi dan argumentasi) jarang tampil sebagai karangan yang utuh. Kedua bentuk ini sering merupakan bagian dari karangn lain. Karangan ilmiah pada umumnya berbentuk argumentasi dengan bantuan deskripsi sebagai pendukung.
Keahlian memadukan beberapa jenis karang tentu tidak diperoleh dengan gampang. Latihan yang intensif dan terus-menerus merupakan syarat mutlak. Satu hal lagi pedoman yang perlu diikuti oleh calon penulis adalah keharusan mengetahui ciri setiap jenis karangan sebelum mencoba mengkombinasikannya.
1.    KARANGAN DESKRIPTIF
Deskripsi dipungut dari bahasa inggris description yang tentu saja berhubungan dengan kata kerjanya to describe (melukiskan dengan bahasa). Seorang guru anatomi yang piawai akan mampu memerikan atau mendreskripsikan bagian-bagian tubuh manusia kepada murid-muridnya sehingga dalam benak muridnya bagian tubuh itu tervisualisasikan seperti keadaan yang sebenarnya. Itulah salah satu contoh deskripsi.
Uraian di atas mengandung pengertian bahwa karangan deskripsi merupakan karangan yang lebih menonjolkan aspek pelukisan sebuah benda sebagaimana adanya. Hal ini sesuai degan asal katanya describere (bahas latin) yang berarti ‘menulis tentang, membeberkan (memberikan) suatu hal, melukiskan suatu hal’.
Penggambaran sesuatu dalam deskripsi memerlukan kecermatan pengamatan dan ketelitian. Hasil pengamatan itu kemudian dituangkan oleh penulis dengan menggunakan kata-kata yang kaya akan nuansa dan bentuk. Dengan kata lain, penulis harus penulis harus sanggup mengembangkan suatu objek melalui rangkaian kata-kata yang penuh arti dan kekuatan sehingga pembaca dapat menerimanya seolah-olah melihat, mendengar, merasakan, menikmati sendiri objek itu.
Seorang penulis deskripsi harus memiliki kata yang tepat sesuai gambaran objek yang sebenarnya sehingga melahirkan imajinasi yang hidup dan segar tentang ciri-ciri, sifat-sifat atau hakikat dari objek yang diseskripsikan itu. Tulisan deskripsi dimaksudkan untuk menciptakan sebuah pengalaman pada diri pembaca dan memberi identitas atau memberi informasi mengenai objek tertentu sehingga pembaca dapat mengenalnya bila bertemu atau behrhadapan dengan objek tadi.
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan deskripsi adalah bentuk tulisan yang bertujuan memperluas pengetahuan dan pengalaman pembaca dengan jalan melukiskan hakikat objek yang sebenarnya. Dalam tulisan deskripsi penulis tidak boleh mencampur adukkan keadaan yang sebenarnya dengan interpretasinya sendiri.
Supaya karangan sesuai dengan tujuan penulisannya, diperluka suatu pendekatan. Pendekatan adalah cara penulis meneropong atau melihat sesuatu yang akan dituliskan. Penulis perlu mengambil sikap tertentu untuk dapat memperoleh gambaran tentang suatju objek yang ditulis. Pendekatan nyang dimaksud adalah pendekatan realistis dan pendekatan impresionistis.
1)        Pendekatan Realistis
Dalam pendekatan realistis penulis dituntut memotret hal/benda seobjektif mungkin sesuai dengan keadaan yng dilihatnya. Ia bersikap seperti sebuah kamera yang mampu membuat detail-detail, rinci-rincian, secara orisinil, tidak dibuat-buat, dan harus dirasakan oleh pembaca sebagai sesuatu yang wajar. Perhatikan kutipan dibawah ini sebagai contoh.
Predikat IDT (Inpres Desa tertinggal) bagi desa Tunggulturus, Tulungagug, hampir lenyap sama sekali. Rumah warga yang dulunya berdinding anyaman bambu, kini hanya berjumlah hitungan jari. Yang ada kini rumah tembok bercorak modern, beton berukir dan berjendela kaca riben. Diatas gentig berwarna-warni terpancang antena televisi bahkan parabola. Rumah-rumah disana rata-rata berlantai keramik dan kamar mandinyapun tak lagi beratapkan langit. (Disunting dari “potret Desa Pemasok TKI di Tulungagung”, Arif Purbadi, Media Indonesia, 12 Agustus 2002)

2)      Pendekatan Impresionistis
Impresionistis adalah pendekatan yang berusaha menggambarkan secara subjektif. Dengan pendekatan ini dimaksudkan agar setiap penulis bebas dalam memberi pandangan atau interpretasi terhadap bagian-bagian yang dilihat, dirasakan, atau dinikmatinya. Hal ini sesuai dengan sikap seorang seniman atau sastrawan yang dengan kepekaannya mampu mengekspresikan peristiwa yang dijumpainya.

2.    KARANGAN NARASI
Karangan narasi (berasal narration = bercerita) adalah suatu tulisan yang berusaha menciptakan, merangkaikan tindak-tanduk perbuatan manusia dalam sebuah peristiwa secara kronologis atau yang berlangsung dalam kesatuan waktu.
Seperti halnya karagan deskripsi, karangan narasi memiliki dua macam sifat, yaitu (1) narasi ekspositoris/narasi faktual, dan (2) narasi sugesti/ narasi berplot. Marasi yang hanya bertujuan untukmemberi informasi kepada pembaca agar pengetahuannya bertambah luas disebut narasi ekspositoris. Sedangakan narasi yang mampu menimbulkan daya khayal, disebut narasi sugestif. Contoh narasi sugestif adalah novel dan cerpen, sedangkan contoh narasi ekspositoris adalah kisah perjalanan, otobiografi, kisah perampokan, dan cerita cerita tentang pembunuhan. Kutipan dibawah ini adalah contoh karangan ekspositoris atau narasi faktual yaitu Khalil Gibran.

3.    KARANGAN EKSPOSISI
Karangan eksposisi yang dipungut dari kata bahasa inggris exposision sebenarnya berasal dari kata bahasa latin yang berarti ‘membuka atau memulai’, krangan eksposisin merupakan wacana yang bertujuan untuk memberi tahu, mengupas, menguraikan atau menerangkan sesuatu.
Dalam karangan eksposisi, masalah yang dkomunikasikan terutama adalah pemberitahuan atau informasi. Hasil karangan eksposisi yang berupa informasi dapat kita baca sehari-hari didalam media massa. Melalui media massa berita di expose atau dipaparkan dengan tujuan memperluas pandangan atau pengetahuan pembaca. Pembaca tidak dipaksa untuk menerima pendapat penulis, tetapi pembaca sekedar diberi tahu bahwa ada orang yang berpendapat demikian. Karena jenis karangannya bersifat memaparkan sesuatu, eksposisi juga dapat disebut karangan paparan. Sebagai contoh marilah kita simak kutipan karangan dibawah ini.
Contoh (1) karangan eksposisi berbentuk opini yaitu Ketika Kita Kehilangan Etika.
4.    KARANGAN ARGUMENTASI
Tujuan karangan argumetasi adalah untuk meyakinkan pembaca agar menerima atau mengambil suatu doktrin, sikap, dan tingkah laku tertentu. Syarat utama untuk menulis karangan argumentasi adalah penulisnya harus terampil dalam bernalar dan menyusun ide yang logis.
Karangan argumentasi memiliki ciri:
1.      Memiliki alasasan atau bantahan sedemikian rupa dengan tujuan mempengaruhi keyakinan pembaca agar menyetujuinya.
2.      Mengusahakan pemecahan suatu masalah; dan
3.      Mendiskusikan suatu persoalan tanpa perlu mencapai sat penyelesaian.

5.    KARANGAN PERSUASI
Dalam bahasa inggris kata to persuade berarti ‘membujuk’ atau ‘meyakinkan’ bentuk nominannya adalah persuation yang kemudian menjadi kata pungut indonesia persuasi.
Karangan persuasi adalah karangan yang bertujuan membuat pembaca percaya, yakin, dan terbujuk akan hal-hal yang dikomunikasikan yang mungkin berupa fakta, suatu pendirian umum, suatu pendapat/gagasan ataupun perasaan seseorang. Dalam karangan persuasi, fakta-fakta yang relevan dan jelas harus diuraikan sedemikian rupa sehingga kesimpulannya dapat diterima secara meyakinkan. Disamping itu dalam menulis karangan persuasi harus pula dipehatikan penggunaan diksi yang berpengaruh kuat terhadap emosi atau perasaan orang lain.
Dalam uraian dibawah ini di sajikan macam-macam persuasi ditinjau dari segi pemakaiannya, dari segi ini, karnagn persuasi di diolongkan menjadi empat macam, yaitu: (1) persuasi politik, (2) persuasi pendidikan, (3) persuasi advertensi, (4) dan persuasi propaganda.

A.  Persuasi Politik
Sesuai dengan namanya, persuasi politik dipakai dalam bidang politik oleh orang-orang yang berkecimpung dalam bidang politik dan kenegaraan. Para ahli politik dan kenegaraan sering menggunakan persuasi jenis ini untuk keperluan politik dan negaranya.
B.  Persuasi Pendidikan
Persuai pendidikan dipakai oleh orang-orang yang berkecimpung dalam bidang pendidikan dan digunakan untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan. Seorang guru, msalnya bisa menggunakan persuasi itu untuk mempengaruhi anak didiknya supaya mereka giat belajar, senang membca, dan lain-lain. Seorang motivator dan inovator pendidikan bisa memanfaatkan persusasi pendidikan degan menampilkan konsep-konsep baru pendidikan untuk bisa dilaksanakan oleh pelaksana pendidikan.
C.  Persuasi Advertensi/Iklan                         
Persuasi iklan dimanfaatkan terutama dalam dunia usaha untuk memperkenalkan suatu barang atau bentuk jasa tertentu. Lewat persuasi iklan ini diharapkan pembaca atau pendengar menjadi kenal, senang, ingin memiliki, berusaha untuk memiliki barang atau memakai jas yang ditawarkan. Oleh karena itu, advertensi diberi predikat jalur komunikasi antara pabrik dan penyalur, pemilikbarang dan publik sebagai konsumen. Iklan itu beraneka ragam, ada yang sangat pendek, dan ada pula yang panjang.
Persuasi iklan yang baik adalah, persuasi yang mampu dan berhasil merangsang konsumen membeli membeli barang yang ditwarkan. Sebaliknya, persuasi itu tergolong sebagaipersuasi yang kurang baik, apabila tidak berhasil merangsang konsumen untuk membeli barang yang diiklankan.
D.  Persuasi Propaganda
Objek yang disampaikan dalam persuasi propaganda adalah informasi. Tentunya tujuan persuasi propaganda tidak hanya berhenti pada penyebaran informasi saja. Lebih dari itu, dengan informasi diharapkan pembaca atau pendengar mau dan sadar untuk berbuat sesuatu.
Persuasi propaganda sering dipakai dalam kegiatan kampanye. Isi kampanye biasanya berupa informasi dan ajakan. Tujuan akhir dari kampanye adalah agar pembaca dan pendengar menuruti isi ajakan kamoanye tersebut. Pembuatan informasi tentang seseorang yang mengidap penyakit jantung yang disertai ajakan pengumpulan dana untuk pengobatannya, atau selembaran yang beirisiinformasi tentang situasi tertentu yang diserai ajakan berbuat sesuatu adalah contoh persuasi propaganda. Perhatikanlah kutipan karangan persuasi propaganda dibawah ini:

Memilah Sampah
Sampah yang setiap hari dibuang, sebenarnya bisa disederhnkn menjadi dua amcam sampah, yaitu sampah organik yang mudah membusuk dan sampah anorganik atau yang sulit membusuk. Sampah organikya misalnya dari sisa-sisa makanan atau sampah dapur yang biasanya basah dan daun-daun yang dari kotak sampah yang sulit membusuk atau tidak bisa membusuk, antara lain plastik, kaca atau gels, logam, karet atau kulit imitasi, kayu besar, dan kain.
Kalau sekarang setiap rumah hanya ada satu tempat sambah, berarti harus disediakan dua jenis tempat sampah yang berdekatan letaknya. Satu tempat sampah khusus sampah yang organik yng biasanya basah dan tempat lainnya khusus tempat sampah yang tidak bisa membusuk.
Jika dua jenis sampah itu sudah terkumpul, apa yang harus dilakukan? Sampah organik yang tidak bisa membusuk sebaiknya jangan dibuang digerobak sampah atau ditempat pembuangan sementara. Jiaka ada halaman yang cukup luas, kira-kira 3m × 3m, sampah organik bisa dikubur. Semua sampah yang tidak bisa membusuk bisa dikumpulkan bersama-sama di tingkat Rukun Tetangga. Jangan takut smapah-sampah itu kemudian akan menggunung. Sampah-sampah plastik, logam, kertas, kaca, selalu dicari-cari oleh pemulung. Pengurus RT bisa mengorganisasi pembagian sampah yang berguna kepada pemulung yang jumlahnya puluhan ribu dijakarta. Semua sampah itu masih berguna bagi pemulung dan masih bisa medatangkan uang bagi mereka. Volume sampah sudah dikurangi haya tinggal 10 persen saja.
Terbukt, sebenarnya daur ulang juga tidak mampu mengurangi sampah yang akan menumpuk dipembuangan akhir.

6.    KARANGAN CAMPURAN
Selain merupakan karangan murni, misalnya eksposisi atau persuasi, sering ditemukan karangan campuran atau kombinasi. Isinya dapat merupakan gabungan eksposisi dengan deksripsi, atau eksposisi dengan argumentasi. Dalam wacana yang lain sering kita temukan narasi berperan sebagai ilustrasi bagi eksposisi atau persuasi. Untuk lebih jelasnya, perhatikan contoh berikut ini:
Berbagai cara menuru nkan berat badan say coba tanpa hasil. Sehingga pada akhirnya saya membaca iklan Impression diharian Kompas, Minggu 7 November 1933. Saya seperti mendapat firasat, inilah progam yang tepat. (narasi)
Dalam waktu kurang dari sebulan, berat badan saya telah berkurang 5 kg. Waktu hal ini saya kabarkan pada puteri saya, Maya, itulah yang saya maksudkan, Mama, disini (maksudnya Amerika) juga banyak pengikut program tersebut yang berhasil. (eksposisi)
Selama mengikuti program Impression, saya tidak mengalami kesulitan, tidak merasa lapar, tidak ada suntikan, tidak ada efek sampingan, sangat mudah dan meyenangkan. (persuasi)
Bagi saya saat ini terasa begitu cria, muka berseri, tubuh enteng, baju-baju lama dapat dipakai kembali, bahkan banyak teman-teman yang jadi pangling akan penampilan saya. (persuasi)
Tetapi, penampilan bukan tujuan utama saya dalam usia hampir setengah abad ini. Program Impression ternyata memulihkan kesehatan saya, tekanan darah saya menjadi normal, kadar gula da kolestrol normal, pokonya semua terasa segar dan ringan. (persuasi)
Ny. Lusia Sutanto, seorang figur tokoh pendidikan dan wiraswasta yang sukses, ibu dari tiga orang putra-putri, pembimbing sekitar 10.000 siswa dari bimbingan belajar, pendidikan computer & akuntansi, bahasa inggris, sekretaris, program pendidikan Magister Management (M.M.), mendapat predikat sebagai Kharisma Puteri Kabaya Kartini ’94 dan Citra Eksekutif Indonesia 1994 setelah mengikuti program Impression. (eksposisi)

Paragraf Karangan
1.      Paragraf Pembuka
Paragraf ini merupakan pembuka atau pengantar untuk sampai pada segala pembicaraan yang akan menyusul kemudian di dalam sebuah karangan. Sebagai pengantar, paragraf pembuka ini harus benar-benar menarik, kadangkala diawali dengan sebuah sitiran dari pendapat tokoh tertentu. Maksudnya adalah untuk memikat dan memusatkan perhatian dari para pembacanya. Berikut ini disajikan beberapa tips untuk menarik pembaca dalam paragraf pembuka.
ü Menyampaikan berita hangat.
ü Menyampaikan anekdot.
ü Memberikan latar belakang dengan suasana yang pas.
ü Memberikan contoh konkret berkenaan dengan pokok pembicaraan.
ü Mengawali karangan dengan suatu pernyataan yang tegas.
ü Menyentak pembaca dengan pertanyaan tajam.
ü Menyentak pembaca dengan perbandingan yang kontras.
ü Mengungkapkan isu misteri yang belum terungkap.
ü Mengungkapkan peristiwa luar biasa.
2.      Paragraf Pengembang
Paragraf ini mengembangkan ide pokok pembicaraan yang sudah dirancang. Paragraf ini mengemukakan inti persoalan di dalam sebuah karangan. Jumlah paragraf pengembang ini tidak ada batasan. Yang menjadi ukuran atau pembatas adalah ketuntasan pengungkapan pikiran/gagasan karangan secara keseluruhan.
ü Menguraikan, mendreskripsikan, membandingkan, mengkontraskan, menjelaskan, memaparkan, menceritakan ide pokok karangan.
ü Menolak konsep tertentu untuk menopang ide pokok karangan: alasan, argumentasi, contoh, rincian, dukungan.
ü Mendukung konsep tertentu untuk menopang ide pokok karangan: alasan, argumentasi, contoh, rincian, dukungan.
3.      Paragraf Penutup
Paragraf penutup ini merupakan kesimpulan pembicaraan yang telah dipaparkan pada bagian-bagian sebelumnya. Paragraf penutup mungkin hanya merupakan sebuah rangkuman, atau mungkin juga sebuah penegasan ulang dari hal-hal pokok yang disampaikan pada paragraf-paragraf sebelumnya. Kalimat-kalimat reflektif, pertanyaan-pertanyaan retoris sering kali dipakai untuk mengakhiri paragraf penutup untuk meningkatkan bekas-bekas akhir yang tidak mudah dilupakan dan menuntut pemikiran lanjutan. Berikut ini beberapa tips untuk membuat kesan kuat tentang paragraf penutup.
ü Menegaskan kembali ide pokok karangan dengan menggunakan kata-kata yang berbeda.
ü Meringkas atau merangkum hal-hal penting yang telah disampaikan dalam karangan.
ü Memberikan kesimpulan, saran, dan/proyeksi ke depan.
ü Memberikan pertanyaan reflektif dan/atau pertanyaan retoris yang tidak menuntut jawaban sekarang.



BAB III
PENUTUP
3.1         Kesimpulan
Setelah dibahas dalam bab sebelumnya akhirnya penulis dapat menarik kesimpulan bahwa Karangan adalah suatu karya tulis hasil dari kegiatan seseorang untuk mengungkapkan gagasan dan menyampaikanya melalui bahasa tulis kepada pembaca untuk dipahami. Lima jenis karangan yang umum dijumpai dalam keseharian adalah narasi, deskripsi, eksposisi, argumentasi, dan persuasi.
.Jadi jika kita ingin membuat suatu karangan yang sistematis, logis, jelas, terstruktur, dan teratur maka sebelum pembuatan karangan itu harus terlebih dulu kita membuat sebuah kerangka karangan agar pada karangan tersebut menjadi  terarah dan tidak keluar dari topik atau tema yang dituju.

3.2     Saran
Dalam pembuatan karangan haruslah di buat suatu kerangka karangan agar mendapatkan suatu hasil karangan yang sistematis, logis, jelas, terstruktur dan teratur tentunya akan menghasilkan suatu karangan yang berkualitas. 



 

DAFTAR PUSTAKA
Lamudin Finoza. 2010. Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: DIKSI
Kunjana Rihardi. 2009. Penyuntingan BAHASA INDONESIA untuk Karang-Mengarang. Yogyakarta: Penerbit Erlangga


[1] Beberapa karangan seilmiah seperti artikel, laporan, opini dapat menjadi karangan ilmiah bila memenuhi criteria karangan ilmiah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar