Sumber-sumber
al-Hikmah al-Muta’aliyah Mulla Sadra
Sumber pertama yang mesti diperhatikan adalah al-Qur’an.
Bisa dibilang bahwa Mulla Sadra merupakan figur yang mumpuni kemampuannya dalam
mengungkapkan makna batin dari ‘bidang’ ini. maka dari itu di setiap karyanya
selalu sarat akan cahaya dari al-Qur’an. Sumber kedua adalah Hadist yang bagi
Sadra tidak kalah pentingnya dari al-Qur’an, karena Hadist pun memiliki
tingkatan-tingkatan makna yang bersifat esoterik semacam al-Qur’an. Menariknya,
Sadra tidak hanya membatasi diri pada hadist Syi’ah, namun ia juga kerap
mengambil sumber dari hadist Sunni, seperti Ibnu Abbas. Setelah Hadist, sumber
lainnya adalah perkataan para Imam Syi’ah. Sumber selanjutnya adalah kalam Syi’ah
maupun Sunni. Dari kalam Syi’ah, Sadra mendasarkan sumber utamanya pada
karya Nasr al-Din al-Tusi yang berjudul Tajrid al-‘Aqa’id. Begitu juga
dengan kalam Syia’ah Isma’iliyah. Sedangkan sumber yang bersal dari kalam
Sunni, terdiri dari pandangan-pandangan Asy’ariyah dan Mu’tazilah.
Sumber lain yang tidak kalah utamanya adalah, tradisi
Peripatetik, yang dimulai dari al-Farabi (karyanya yang berjudul Fusus
al-Hikam), Abu Hasan al-‘Amiri (al-Amad ‘ala al-Abad), Ibn Sina
(Sadra mengenal karya-karyanya, mulai dari al-Syifa, al-Najat, al-Mabda’ wa
al-Ma’ad, Risalah fi al-‘Isyq, ‘Uyun al-Hikmah, dan Ta’liqat dan Mubahasat),
Bahmanyar (murid Ibn Sina), Abu al-Abbas al-Lukari, Abu al-Barakat al-Bagdadi (Kitab
al-Mu’tabar), Nasir al-Din al-Tusi (Syarh al-Isyarat, Risalat al-Islam,
dan Mulakhakhas), Qutb al-Din al-Syirazi (penulis Durrah al-Taj,
Dabiran Katibi al-Qazwini (penulis Hikmah al-‘Ain), Asir al-Din
al-Abhari (pengarang Kitab al-Hidayah), Sadr al-Din Dasytaki, dan Giyas
al-Din Mansur Dasytaki.
Aliran
Iluminasi pun menjadi sumber lainnya, terkhusus dari tokoh utamanya yaitu,
Suhrawardi (Talwihat, Mutarahat, Hayakil al-Nur), Qutb al-Din
al-Syirazi, Jalal al-Din Dawwani dan Ibn Turkah. Terdapat pula tradisi Sufisme
yang menjadi sumber dari pemikiran Sadra, mulai dari: Abu Talib al-Makki (Qut
al-Qulub), al-Haarawi (Manazil al-Sa’irin), Abu Hafs al-Suhrawardi (‘Awarif
al-Ma’arif), al-Gazali (Ihya’ Ulum al-Din), ‘Ain al-Qudat
al-Hamadani (Zubdad al-Haqa’iq), ‘Ala al-Daulah Simnani, Jalal al-Din
Rumi (Masnawi), Ibn ‘Arabi, Dawud al-Qaisari (murid Ibn ‘Arabi), Hamzah
Fanari (murid Ibn ‘Arabi pula). Kemudian, yang terakhir, guru Mulla Sadra
sendiri yaitu Mir Damad (Qabasat), dan Syaikh Baha’i.
Sumber
Buku : Dr. Syaifan Nur, M.A.. 2002. Filsafat
Wujud Mulla Sadra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hal 106.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar