Senin, 26 Desember 2016

Virtualisasi Pendidikan



Virtualisasi Pendidikan

            Pendidikan mengalami perubahan realitas. Semula dari pendidikan yang bersifat riil atau empiris, menuju pendidikan yang bersifat virtual. Perkembangan teknologi memaksa penyelenggaraan pendidikan yang tidak hanya dilakukan di kelas, tetapi juga di luar kelas, bahkan pendidikan tanpa ruang.
Sebagaimana dipahami bahwa objek filsafat adalah bentuk-bentuk keberadaan yang memiliki tingkatan, mulai dari benda mati sampai simbol. Tantang-tantangan yang muncul pada hari ini adalah hadirnya objek filsafat yang berbeda dengan masa-masa lalu.
Misalnya dalam konsep kosmologi yang mengangkat benda mati sebagai objek berpikir, maka akan didapati konsep-konsep alam semesta yang berubah. Penemuan tata surya baru dalam ilmu astronomi, dugaan adanya makhluk asing dari tata surya yang berbeda, serta luas alam semesta yang yang semakin membesar semua itu membawa pada imajinasi-imajinasi terjauh tentang alam semesta. Adakah sebuah tempat yang dijadikan sebagai kehidupan bagi makhluk lain kecuali kita yang mendiami bumi?
            Dalam konsep ontology, yakni tentang pencarian kenyataan yang hakiki, manusia akan dihadapkan pada kenyataan maya (virtual reality). Kenyataan inilah yang disebut-sebut menggantikan kenyataan actual, yakni kenyataan yang dihadapi secara inderawi. Dalam bahasa sehari-hari manusia bisa melihat kenyataan di mana saja cukup dari bilik kamar yang sempit, yang di dalamnya terdapat jaringan computer. Manusia bisa melihat belahan bumi mana pun, bahkan tempay-tempat rahasia melalui teknologi satelit.
Dalam konsep etika, munculnya teknologi bayi tabung, cloning, dan pengujian DNA. Itu semua menantang filsafat untuk mendefiniskan kembali tentang asal-usul dan nilai manusia. Teknologi telah memungkinkan “penciptaan” manusia melalui wadah yang dinamakan dengan incubator. Dalam incubator itu, unsure-unsur kimiawi kemanusiaan dilarutkan, dan segala hal yang mempengaruhinya dipantau sedemikian rupa, samapi kemudian lahirnya seorang anak manusia. Ketika teknologi cloning diarahkan kepada hewan, orang akan melihat tidak ada problem kelaziman atau kesopanan. Akan tetapi, ketika teknologi cloning diarahkan kepada manusia, maka nantinya anak tersebut akan mendapatkan kesulitan menjawab pertanyaan orang tuanya siapa, kenapa dia harus disebut manusia ciptaan Tuhan dan bukan ciptaan manusia, dan apa yang mesti dilakukan untuk mengantisipasi lahirya manusia tanpa orang tua di masa yang akan datang. Masalah-masalah tersebut di masa depan akan dipecahkan dengan sejumlah teori. Teori itulah yang akan bermanfaat bagi perkembangan filsafat pada masa datang.


Sumber Buku : Dr. Saifur Rohman, M.Hum, M.Si dan Agus Wibowo, M.Pd. 2016. Filsafat Pendidikan Masa Depan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hlm. 19.


1 komentar:

  1. QQTAIPAN .ORG | QQTAIPAN .NET | TAIPANQQ .VEGAS
    -KARTU BOLEH BANDING, SERVICE JANGAN TANDING !-
    Jangan Menunda Kemenangan Bermain Anda ! Segera Daftarkan User ID nya & Mainkan Kartu Bagusnya.
    Dengan minimal Deposit hanya Rp 20.000,-
    1 user ID sudah bisa bermain 7 Permainan.
    • BandarQ
    • AduQ
    • Capsa
    • Domino99
    • Poker
    • Bandarpoker.
    • Sakong
    Kami juga akan memudahkan anda untuk pembuatan ID dengan registrasi secara gratis.
    Untuk proses DEPO & WITHDRAW langsung ditangani oleh
    customer service kami yang profesional dan ramah.
    NO SYSTEM ROBOT!!! 100 % PLAYER Vs PLAYER
    Anda Juga Dapat Memainkannya Via Android / IPhone / IPad
    Untuk info lebih jelas silahkan hubungi CS kami-Online 24jam !!
    • WA: +62 813 8217 0873
    • BB : D60E4A61
    • BB : 2B3D83BE
    Come & Join Us!

    BalasHapus